"Di mana ini?"
Terbangun di lantai beralas karpet berbulu tebal. Seorang perempuan terbangun dengan tubuh luluh lantak seakan dia habis melakukan triathlon tiga hari berturut-turut.
Mengerang pelan, dia mengubah posisi dari miring ke telentang. Dalam diam, dia menatap plafon bernuansa putih dengan sedikit corak birunya langit dan mulai berpikir, Gimana caranya aku bisa sampai di sini?
Menatap asing, dia berusaha bangkit. Namun, nyeri tajam di kepala memaksanya berhenti di antara posisi duduk dan berbaring.
"Ouch!"
Wajahnya mengernyit sakit, jari-jarinya yang sudah terlebih dulu terpulas darah merayap masuk ke dalam helaian rambut. Indra perabanya merasakan kulit kepala yang tak lagi utuh dengan cairan lengket di atasnya.
Luka berukuran tidak sampai tiga sentimeter di perbatasan antara kening dan puncak kepala dirasakan. Walau luka sudah tidak aktif berdarah, tetapi kecemasan perlahan merangsek naik menguasai pikirannya.
Mata bulatnya melebar saat melihat tangannya berlumur darah. Aroma besi yang terhirup tipis mengguncang kewarasannya. Dia kemudian memaksa duduk dan melihat kedua tangan serta pakaiannya bergelimang darah.
"A-apa yang sudah terjadi denganku!" Panik, perempuan berambut sebahu itu menggerayangi tubuhnya sendiri. Dan mendengkus lega saat tidak menemukan luka lain.
Setelah mengumpulkan kekuatan, dia beranjak bangun. Suara erangan lolos dari bibirnya saat merasakan nyeri tumpul menyerang punggung dan rasa terikat meningkatkan intensitas luka di kepala. Diam selama beberapa saat dengan tangan menopang dinding, dia akhirnya mampu berdiri tegak walau kaki belum berhenti gemetar.
Perempuan bermata hitam itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Memandang dinding dan seprei berwarna merah muda, tirai putih berenda memanjang ke bawah, pigura memuat foto seorang perempuan cantik berwajah bulat, dan terakhir kumpulan boneka berjejer rapi di tempat tidur.
Kemudian, dia menggulirkan bola mata ke cermin dan memandang balik seorang perempuan berusia dua puluhan bertubuh langsing, berwajah oval dengan tinggi di atas seratus tujuh puluh sentimeter.
Celana panjang cargo berwarna hijau tua, kaos putih yang sebagian besar bernoda merah darah, sepatu kets, dan rambut hitam kusam, memperjelas kalau dia bukan pemilik kamar ini.
"Siapa aku?"
Perempuan muda itu memejamkan mata dan bernapas tidak beraturan. Kilatan potongan memori memenuhi otaknya, seperti saat dia mengenakan dobok dengan kerah hitam, perempuan tua berambut putih tergeletak di pembaringan, dan wajah seorang pria bengis yang meningkatkan denyut jantung.
"Fiona ...." Sebuah nama melintasi pikirannya.
"Fiona? Apa itu namaku?" Dia membuka mata dan mulai menggeledah dirinya sendiri.
Uang, kertas kosong, sapu tangan biru tua dengan inisial FH di sudut, dan fountain pen bernoda darah kering dikeluarkan dari saku celananya.
"A-apa—" Tangannya bergetar melihat bukti kekejaman tersimpan rapi di saku celananya. Untuk apa dia menyimpan benda kecil itu? Darah siapa yang menempel di tubuhnya? Siapa itu FH, apa itu inisialnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Run!
Mystery / ThrillerBUKU PERTAMA Genre : action, thriller, sci-fi, minor romance. R-18 : blood, gore. Ledakan terjadi di instalasi penyakit menular di gedung kesehatan di kota Arkala. Sebuah virus yang tengah diteliti di dalam fasilitas kesehatan teraman di kota akhirn...