Teriakan penuh semangat menggema diikuti suara gemuruh dari atas. Fiona menengadah, menatap horor atap yang perlahan bergerak menghalangi sinar matahari.
"Fiona!" panggil Gama lantang yang segera menyadarkan situasinya.
Jari kembali beradu dengan tali. Suara geraman yang terdengar semakin intens meningkatkan konsentrasi Fiona dan dalam waktu singkat kedua tangannya terbebas.
"Berhasil!" Tersenyum senang, dia membuang talinya.
"Bagus, bantu aku! Cepat!" pinta Gama yang segera dikerjakan Fiona.
Jari-jari lentiknya kembali bergumul dengan tali. Tidak seperti miliknya, Fiona melepas lilitan yang menjerat kedua tangan sang sersan dalam waktu kurang dari satu menit.
"Gimana sekarang?" tanyanya panik.
"Berlindung di belakangku." Walau terdengar tenang, tetapi dia sama paniknya dengan Fiona. Terlebih saat ini tidak ada satu pun senjata yang mereka pegang.
Gama kemudian berputar menghadap teralis. Awalnya dia berencana memanjat keluar. Namun, melihat moncong pistol penjaga selalu terarah ke lapangan, dia jelas harus menyusun ulang rencananya.
Bersamaan dengan ditariknya sinar matahari. Lapangan yang sebelumnya kosong, kini perlahan diisi zombi yang meraung bengis di kegelapan. Tak terhitung berapa jumlahnya. Yang pasti setengah lapangan kini terisi penuh dengan mereka.
Mata Fiona memincing ke arah para mayat hidup. Rentangan tangan yang segera memendek setelah terpapar sinar matahari, tatap lapar yang tertahan, dan gerak kaku yang menolak dekat dengan cahaya membuatnya bertanya-tanya. Kenapa mereka terlihat takut menyerang di bawah sinar matahari?
Sementara itu, di tempat terpisah.
"Mereka berhasil melepas ikatannya? Apa kalian tidak mengikatnya sesuai dengan ketentuanku!" Kon yang mengamati menggunakan teropong, berucap dengan nada tinggi kepada anak buahnya.
"Su-sudah, Tuan Kon. Kami tidak akan berani," balas salah satu pria bertubuh kekar dengan kepala tertunduk.
"Bajingan! Keluarkan mereka. Hanya pengecut yang main keroyokan." Troy tidak bisa menahan emosinya melihat sang kawan menjadi sajian para zombi.
"Di mana letak keseruannya kalau satu lawan satu." Kon tertawa puas. "Ngomong-ngomong, apa semua ini mengubah keputusan kalian? Kalau kalian masih ragu. Kita tunggu beberapa saat lagi dan aku yakin setengah dari kalian akan langsung menyatakan loyal kepadaku."
Duduk berlutut tidak sampai satu jengkal di depan kaca, ketakutan terpantul jelas dari masing-masing wajah mereka. Himo bahkan tidak berhenti mengerutkan alisnya. Berpikir bagaimana cara lepas dari orang gila dengan lima anak buah bersenjatanya.
Mati-matian pria bermata sipit itu menarik tali yang melilit pergelangan hingga kulitnya menyala merah, tetapi gagal. Dia kemudian melirik ke arah Prof Gorgo—yang ikatannya hanya disimpul sederhana—berharap dia mau mengambil inisiatif. Namun, sepertinya pria tua itu tengah tersesat di pikirannya sendiri.
"Kenapa para zombi tidak langsung menyerang?" Prof Gorgo bermonolog.
Mendengar itu, Kon menyeringai dan berucap, "Karena mereka adalah peliharaanku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Run!
Mistério / SuspenseBUKU PERTAMA Genre : action, thriller, sci-fi, minor romance. R-18 : blood, gore. Ledakan terjadi di instalasi penyakit menular di gedung kesehatan di kota Arkala. Sebuah virus yang tengah diteliti di dalam fasilitas kesehatan teraman di kota akhirn...