"Saya Minsana Kal, orang yang mengirim SOS." Suara serak basah itu keluar dari mikrofon yang menempel di dinding samping pintu.
"Gama." Himo menyenggol lengan pemimpinnya dan menunjuk sebuah kamera pengawas menyorot ke tempat mereka berdiri.
"Saya tidak tahu apa kalian orang yang benar. Selama kalian masih terlihat hidup, saya akan beranggapan demikian."
Mendengar itu sang pemimpin mengeluarkan kartu identitas yang selama ini disimpan di saku baju dan merentangkan tangannya ke atas supaya terlihat jelas di kamera pengawas.
"Kami pasukan yang dikirim pemerintah untuk menjemput kalian. Bisakah kalian keluar sekarang?"
"Terima kasih untuk konfirmasinya. Saya apresiasi itu. Oh, iya, saya tidak bisa mendengar kalian. Jadi, dengarkan ucapanku baik-baik karena ini akan menjadi pembicaraan pertama dan terakhir sebelum kita bertatap muka secara langsung. Setelah kalian masuk ke dalam saya hanya bisa mengawasi dan tidak bisa banyak membantu." Suara itu terdiam sejenak.
"Seperti yang kalian baca gedung ini bernama asepsis yang berarti suatu upaya untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang bisa menyebabkan infeksi."
"Guys, aku mulai tidak suka ini," komentar Himo di sela-sela ucapan perempuan yang semakin lama terdengar seperti kaset kusut.
"Padanan kata mikroorganisme di dunia nyata ini adalah penjahat. Jadi, gedung ini memiliki mekanisme bertahan diri dari seseorang yang berniat buruk. Entah sudah berapa banyak penyusup yang coba untuk masuk dan tidak bisa keluar, karena itu saya meminta kalian untuk berhati-hati dengan jebakan yang ada."
"A-apaa!" Wajah Fiona berubah pucat pasi.
"Bukannya listrik di sekitar sini mati? Itu berarti sistem keamanan mereka seharusnya tidak bekerja, kan?" tanya Troy yang tidak dijawab Gama.
"Ke-kenapa kita tidak menulis sesuatu di kertas dan meminta mereka untuk keluar?" Fiona lanjut memberi usul.
"Info tambahan, kami tidak bisa turun ke bawah atau mematikan sistem keamanan. Karena ada beberapa mayat hidup yang berkeliaran di dalam. Jika saya mematikan semuanya, maka mereka yang mondar-mandir di depan ruangan tempat kami berlindung bisa masuk dan membunuh kami semua," lanjutnya seakan bisa mendengar pertanyaan Fiona.
"Sepertinya kita tidak punya pilihan lain," ucap Gama setelah suara Minsana menghilang.
"Saya tidak tahu berapa banyak jebakan yang ada di dalam. Yang pasti ketika pintu terbuka mekanisme gedung akan mengacak letak tangga dan kalian harus mencarinya untuk bisa naik. Lalu di lantai dua ditanam bom yang diletakkan acak dengan daya ledak kecil yang cukup untuk merobek otot."
"Tidak bisakah kita tinggalkan mereka dan kembali dengan pasukan penjinak bom?" Troy menyilangkan kedua tangan di depan dada, terlihat tidak peduli dengan yang dikatakan perempuan itu.
"Komandan sudah memberi perintah. Minimal kita mencoba dulu."
"Apa pun itu jebakannya, saya yakin kalian bisa menyelamatkan kami. Semoga berhasil." Dan suara itu menghilang.
"Gama, tolong ingatkan aku lagi kenapa kita harus menolong mereka?" tanya Himo terlihat skeptis.
"Mereka peneliti yang tersisa di sini dan kita terlalu bodoh untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi di kota ini."
"Aku setuju untuk bagian bodohnya, tapi apa perlu kita mengorbankan nyawa untuk mereka yang masih bisa bertahan dengan bantuan teknologi?" ujar Troy.
"Tugas adalah tugas. Bagaimanapun juga mereka bagian dari masyarakat Kota Arkala yang harus kita selamatkan."
"Sangat berdedikasi, Gam. Pantas komandan menunjukmu menjadi pemimpin di sini," gusar pria botak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run!
Mystery / ThrillerBUKU PERTAMA Genre : action, thriller, sci-fi, minor romance. R-18 : blood, gore. Ledakan terjadi di instalasi penyakit menular di gedung kesehatan di kota Arkala. Sebuah virus yang tengah diteliti di dalam fasilitas kesehatan teraman di kota akhirn...