Bab 16

1K 202 4
                                    

Sebenarnya apakah ada sebutan yang lebih pagi daripada sinar mentari yang baru saja memasuki garis cakrawala. Waktu di mana gelapnya langit terangkat sebagian oleh cahaya biru tua sebelum warna kuning keemasan mengambil alih terangnya.

Hal itu terus dipertanyakan oleh Fiona saat melihat Troy melakukan huru-hara untuk membangunkan orang-orang di saat kelam jelas mendominasi langit.

"Bersiaplah kalian! Kita tidak punya waktu banyak. Go! Go! Go!" teriak Troy sambil menepuk-nepuk kedua tangan berkali-kali.

Walau suara Troy terbilang keras, tetapi para peneliti tetap bergeming. Hanya mereka yang terbiasa bangun pagi yang mulai menunjukkan rasa kesalnya.

"Troy, yang benar saja. Kita tidak sedang berada di akademi. Biarkan aku tidur sampai pagi," protes Himo sambil menguap lebar.

"Biarkan mereka beristirahat sebentar lagi. Aku tidak mau salah satu dari mereka terjatuh hanya karena kurang konsentrasi akibat mengantuk," ucap Gama sambil merenggangkan tubuh kakunya setelah semalaman tidur di lantai.

Sementara itu, Fiona yang masih berbaring bersama perempuan lainnya hanya bisa diam dan menggulirkan bola matanya mengekor Troy.

"Mereka perlu bangun lebih pagi. Karena aku mau sebelum malam tiba kita sudah sampai di bandara." Dia terus berjalan dan menendang kaki Syam yang masih terpejam dengan tangan menutup telinga. "Aku tahu kamu sudah bangun."

"Berisik!" Syam mengambil salah satu buku yang dijadikan bantalan dan melempar asal ke sumber suara.

Yang tentu saja berhasil Troy hindari.

"Aku tidak menunggu lama. Pokoknya sebelum matahari bersinar terang kita semua sudah bersiap pergi dari sini!" ancam Troy.

Sementara itu, Minsana yang ikut terbangun hanya bisa menatap kesal sang pria arogan dan bertanya kepada Fiona, "Apa dia selalu mengesalkan seperti ini?"

Fiona bungkam sesaat dan menatap perempuan berambut pirang yang tidak juga hilang kecantikannya ketika bangun dari pembaringan kerasnya. "Kamu baru melihat sepertiga sikapnya dan ... iya, dia menyebalkan."

"Umm, apa kira-kira kita akan selamat sampai tempat penampungan dengan penjagaan mereka saja?" Kepala Yona tiba-tiba menyembul dari balik tubuh Minsana dan bertanya penuh keraguan.

Sama seperti sebelumnya, Fiona memilih diam sejenak untuk mengamati lawan bicaranya. Awalnya dia akan menceritakan kalau dirinya nyaris meninggal dimakan mereka yang buas di bawah pengawasan sang pemimpin. Namun, melihat tubuh mungilnya menjengit dengan mudah oleh suara keras yang ditimbulkan Troy, maka dia memutuskan kalau kebohongan adalah hal yang baik untuknya.

"Melihatku tetap hidup sampai di sini bukti bahwa mereka bisa diandalkan untuk menjaga nyawa kita sampai di tempat aman. Jadi, jangan khawatir."

"Be-betulkah?" Dia mencuri pandang ke kumpulan pria besar yang kini berdiri untuk merenggangkan tubuh.

"Betul. Yang penting kamu ikuti apa yang mereka perintahkan dan semua akan baik-baik saja." Janji Fiona yang meluruhkan kecemasan di wajah Yona.

Sementara itu Minsana hanya diam mendengar penjelasannya. Sesekali keningnya akan berkerut tidak percaya, tetapi melihat juniornya berubah tenang, dia tidak lagi merespons.

"Fiona, ganti perbanmu. Karena belum tentu kita punya waktu untuk menggantinya lagi 24 jam ke depan," perintah Gama yang diiyakan Fiona.

"Aku akan membantumu." Minsana menawarkan diri. "Sementara itu, kamu—Yona—siapkan barang yang akan kita bawa di dekat pintu."

"Baik, Kak." Bangkit dengan ragu-ragu, Yona menyeret kedua tungkainya ke meja tempat tas mereka berjajar rapi. Sementara itu Fiona bersama dengan Minsana menghilang di balik pintu.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang