Bab 8

1.2K 231 14
                                    

"Him, sisi kirimu!" Berada di barisan paling belakang, Troy memberi peringatan sambil menggotong pria kecil yang masih belum sadarkan diri di punggung dan tangan kanan tidak berhenti menarik pelatuk pistol.

Selongsong peluru berdenting melambung di aspal dan suara letupan senjata menggema di jalanan yang nyaris tanpa manusia bernyawa. Berlari beriringan, mereka keluar menembaki musuh yang seakan tidak ada habisnya di halaman depan kantor Markas Besar Kepolisian Arkala.

"Matahari sudah tinggi, kenapa mereka masih banyak yang berkeliaran di luar?" Himo menembak pria setengah baya berpakaian rapi yang kepalanya miring tidak wajar sampai menyentuh bahu.

"Sepertinya ruang gelap di kota ini sudah overload dan ketidakmampuan mereka berjalan menanjak di tangga membuat mereka terpusat di dasar," jelas Gama sambil melindungi Fiona yang hampir saja menjadi santapan zombi yang salah satu matanya menjulur keluar.

"Bisakah kalian konsentrasi untuk mengeluarkan kita dari sini!" Fiona merunduk dan menendang perut mayat hidup yang hampir saja memangsanya. Walau pistol tergenggam di tangan, tetapi tidak sekali pun terdengar desing peluru keluar.

"Gunakan senjatamu! Bukannya tadi Gama sudah mengajarkan caranya menembak!" teriak Troy kesal.

"Aku tidak mau melukai salah satu dari kalian."

"Tsk! Tidak berguna!" gerutu pria botak itu.

Di bawah pancaran sinar mentari, mereka berempat terus berlari melintasi halaman dan tidak sampai sepuluh menit berhasil memisahkan diri dari para zombi. Melewati pintu gerbang raksasa, mereka berbelok melewati bangkai mobil Fiona.

"Fiona, kendaraan patroli." Gama menunjuk sedan putih hitam yang terparkir tidak sampai lima meter dari sisi kiri gerbang.

"Mengerti!" Tidak sampai satu menit dia mengatakan hal itu, perhatiannya tiba-tiba teralihkan dan langsung mengambil jalan memutar ke arah barikade di mana sebuah tas pink bermotif bunga tergeletak tak jauh dari barisan beton.

Tasku! Pasti kemarin terlempar keluar saat mobil berguling, pikir Fiona.

"Hei, Nona! Apa yang kamu lakukan!" teriak Troy.

"Sebentar, aku melihat tasku." Dia terus berlari halang rintang dengan tiga zombi yang mengadang jalannya.

"Bodoh! Lupakan tasmu!"

Berubah tuli, dia terus bergerak cepat menuju barikade dan meraih tas punggung tanpa menghentikan kakinya. Berlari memutar, dirinya dikejutkan oleh pria bermata merah dengan sudut bibir yang robek lebar sampai ke telinga dari jarak dekat.

"Aa!" Dia refleks mundur beberapa langkah untuk menghindari ancaman gigi tajam penuh dengan tetes air liur yang menjijikkan.

Ketika jarak antara tubuh mereka tak lagi tersisa, sebuah peluru menerjang kepala si mayat hidup dan menjatuhkannya di atas tubuh Fiona. Tidak menunggu perempuan itu berteriak jijik, Gama membantu berdiri tegak dan menarik tangannya ke kendaraan yang sudah menyala.

"Apa yang kamu lakukan sangatlah bodoh! Sekali lagi kamu seperti itu, jangan salahkan aku kalau kamu terbunuh sebelum kita sampai di bandara!" Kali ini Gama tidak menahan diri untuk membentak.

"Guys, sabuk pengaman!" Himo memberi peringatan.

Suara decit ban menggesek aspal terdengar melengking sebelum suara deru mesin mengambil alih. Tidak menunggu perintah kedua, mereka yang duduk di kursi belakang segera mengenakan sabuk—kecuali pria pemadam kebakaran yang duduk di tengah—dan melupakan sejenak emosinya.

Beberapa kali kendaraan berguncang saat mayat hidup menabrakkan tubuh ke badan mobil.

"Gas! Jangan pedulikan mereka yang ada di depan!" perintah Gama.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang