"Gama, kamu harus melihat ini," seru Himo dengan wajah pucat.
"Nona, kamu cepat kembali ke tempat semula."
"Ba-baik." Buru–buru Minsana menghapus air mata dan kembali ke aula bersama sebotol bir.
Berlari ke lantai teratas—roof top—tubuh Gama membeku saat melihat gulungan debu tebal mengangkasa. Suara gemuruh bak gempa menarik perhatiannya jauh ke bawah. Walau pandangan terhalang, tetapi dia masih bisa menangkap dua buah tank melaju dengan ratusan zombi mengekor di belakangnya.
Kendaraan yang berada di jalan, hancur terlindas tank. Begitu juga dengan potongan tubuh dan para mayat hidup yang menghalangi. Dalam sekejap kota mati itu berubah bak medan perang.
Ratusan peluru dimentahkan senapan mesin yang dikendalikan tentara dari atas tank. Hiruk pikuk dan gerak menggila senapan menunjukkan betapa mereka sangat menikmati membantai para zombi.
"A-apa ini?" Mata Fiona membeliak dan meremas senjatanya secara tidak sadar.
Troy mengambil teropongnya dan mengenali salah satu dari mereka. "Gam, bukannya dia Corny?"
Gama mengambil teropongnya dan melihat seorang pria dengan kumis tebal di salah satu tank. "Kenapa dia di sini? Bukannya dia bertugas menjaga pertahanan bandara?"
Mendengar itu, Himo merebut teropong dan ikut mengintip dari balik lensa. "Dan pria di tank satunya lagi itu Amsa. Dia seharusnya mengamankan landasan."
"Ada apa dengan bandara? Dan kenapa mereka keluar dengan tank? Bukannya tank disiagakan kalau–kalau kondisi berubah kacau." Troy berucap semakin lambat saat menyadari sesuatu.
"Apa bandara sekarang bukan lagi tempat aman?" Himo mengambil kesimpulan.
Mereka bungkam dan saling bertukar pandang untuk beberapa saat.
"Bisa saja mereka dikerahkan untuk mengalihkan kerumunan dan memberi penyintas jalan. Aku akan coba mengubungi komandan. Himo, kamu ke lantai dua. Pastikan dari ratusan zombi itu, tidak menambah kumpulan zombi yang sudah ada di depan pintu," perintah Gama yang segera dilaksanakan.
"Troy, kamu temani Fiona berjaga di bawah. Nona Minsana mengatakan Nona Yona akan berubah. Aku tidak tahu bagaimana, tapi bersiaplah untuk kemungkinan terburuk."
"Berubah? Dia, kan, tidak tergigit." Troy menaikkan salah satu alisnya.
"Aku hanya menyampaikan yang Nona Minsana katakan. Jadi, lekas ke bawah. Kamu tahu apa yang harus dilakukan, bukan?"
"On it!"
Tak lama mereka bergegas turun ke bawah.
Sementara itu, Gama mengeluarkan telepon satelit dari tas punggungnya dan mulai menekan beberapa angka. Menunggu seseorang di ujung saluran memutus nada sambung.
Kembali ke lobi hotel, Fiona melihat Minsana duduk di samping juniornya. Sementara, Prof Gorgo duduk jauh di seberangnya. Wajah tuanya terlihat lelah. Semangat hidup yang sebelumnya menggelora kini mulai meredup.
Bola mata Fiona bergulir ke Yona yang bersandar lemah di bahu Minsana. Rona pucat pasi dengan keringat sebesar biji jagung membasahi wajahnya. Luka yang sebelumnya aktif berdarah kini terlihat membengkak dengan tonjolan pembuluh darah keunguan.
"Dia tidak apa–apa?" tanya Fiona pelan.
"Dia ... baik," balas Minsana terdengar ragu.
"Kak, aku merasa tidak enak," ucap Yona lemah, "tenggorokanku terasa terbakar, mataku panas. Dan kakiku ... kakiku, aku tidak bisa menggerakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Run!
Mystery / ThrillerBUKU PERTAMA Genre : action, thriller, sci-fi, minor romance. R-18 : blood, gore. Ledakan terjadi di instalasi penyakit menular di gedung kesehatan di kota Arkala. Sebuah virus yang tengah diteliti di dalam fasilitas kesehatan teraman di kota akhirn...