Bab 45

845 173 17
                                    

Lima orang berlari membuta mengandalkan intuisi satu orang untuk mencari jalan keluar. Suatu hal yang absurd sebenarnya, tetapi protes pun tidak akan menyelamatkan mereka. Hanya lari dan berdoa yang bisa dilakukan supaya jalan yang dipilih benar.

Walau aroma busuk menipis, tetapi keremangan yang semakin pekat tetap mengancam mereka. Beberapa kali Fiona menjengit saat telinganya samar menangkap suara menyeret. Kepalanya berkali-kali memutar gelisah, tetapi matanya tidak juga menemukan tubuh-tubuh busuk malang melintang. Hanya ada teman seperjuangan yang terus berlari untuk hidupnya.

Ketakutan akan kedatangan mayat hidup saat ini menghantuinya lebih parah dari sebelumnya. Terlebih lorong kecil yang membatasi geraknya ini sama sekali tidak cocok menjadi arena bertempur. Semua karena jarak antar kontainer yang hanya serentangan tangan, sehingga menyulitkan untuk menembak tanpa ada peluru yang memantul dan mengayunkan senjata tanpa mengenai sesamanya.

"Fiona, konsentrasi ke depan!" tegur Gama saat langkah Fiona memperlambat gerak mereka yang berada di belakangnya

"I-iya." Kembali menatap lurus ke depan, perempuan itu kembali mengayuh kakinya dua kali lebih cepat dan mengekor Troy dari jarak dekat.

Selalu mengambil jalan ke kiri saat menemui percabangan, mereka akhirnya sampai di area seukuran lapangan bulu tangkis. Pria tanpa rambut itu berhenti saat sadar banyak jalan kecil yang mengelilinginya. Entah karena intuisi yang menumpul atau dia tidak tahu sisi kiri mana yang harus diambil.

"Kenapa pelabuhan bongkar muat jalannya serumit ini?" Suara Minsana terdengar kesal. Derai keringat yang membasahi wajah dan dada yang naik turun dengan cepat tidak juga mencegahnya untuk berkeluh kesah.

"Ini adalah pelabuhan internasional, wajar jika banyak aktivitas bongkar muat di sini dan itu berarti lebih banyak tumpukan peti kemas," jelas Gama yang masih menjejak tegap tanpa ada tanda kelelahan, walau beban tubuhnya bertambah. "Lagi pula, desain seperti ini memang dibuat untuk menyesatkan mereka yang mencoba menyelinap masuk dari perairan."

"Ke mana kita setelah ini?" Fiona yang sama sekali tidak tertarik untuk mendengar alasan di balik labirin kontainer ini, menyela percakapan mereka.

Walau area kosong ini memberi otaknya info bahwa tidak ada yang zombi di sekitarnya. Namun, tetap saja telinganya menangkap tipis suara erang mengerikan. Dan hal itu melambungkan kecemasannya. Ada apa denganku hari ini? Kemarin aku masih bisa melawan mereka tanpa rasa takut, lalu kenapa sekarang aku sepengecut ini? Dan mereka bahkan tidak terlihat di mana-mana!

"Gama, ada ide?" Troy meneruskan pertanyaan Fiona.

Bungkam sejenak, Gama memincing dan matanya bergulir dari satu gang ke gang lain. Kosong, gelap, dan sunyi adalah ancaman sama yang dipertontonkan masing-masing jalan. Walau begitu, ada satu yang menarik perhatiannya, yaitu gang keempat dari kanan.

Dia mendekat ke arah gang yang dimaksud dan menemukan bercak darah menempel di pinggiran peti kemas.

"Darah lagi? Jangan katakan kamu akan memilih jalan ini," tebak Troy heran.

"Kenapa Sersan selalu mengikuti darah? Apa Sersan tidak takut akan bertemu dengan salah satu dari mayat hidup?" tanya Minsana yang terdengar sama herannya dengan Troy.

"Darah ini bisa saja pertanda seseorang yang berusaha kabur setelah digigit zombi. Mencari area aman atau keluar dari tempat yang membahayakannya adalah insting semua orang dalam situasi mengancam nyawa. Walau kemungkinan besar kita akan bertemu dengan si pemilik darah, tapi paling tidak kita menemukan jalan keluar," jelas Gama yang membuat Minsana ber-oh panjang dan Troy mengangguk.

Sedangkan, Himo tetap bergeming di gendongan dengan kepala melunglai di bahu dan mata terpenjam rapat. Dia terlihat seakan sudah tidak bernyawa. Namun, suara dengkuran yang terdengar lirih mengatakan sebaliknya. Dan hal itu membuat Gama lega.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang