"Gama, ke belakang! Aku tahu apa yang harus dilakukan."
Pria bermata biru itu menoleh cepat. Melihat tempat Fiona berdiri, dia segera menangkap maksudnya.
"Troy, Himo, mundur! Jangan sampai membentur apa-apa!" teriaknya memecah raungan para kanibal.
Melangkah ke belakang dengan mata terpatri ke musuh yang merangsek maju bukanlah hal yang mudah. Beberapa kali mereka harus mengerem kaki saat punggung merasakan kaku kayu solid rak yang melintang di sepanjang jalan.
Suara ledakan terdengar bertalu-talu saat para zombi menabrak lemari dan menjatuhkan beberapa vas yang ternyata salah satunya berisi bom yang segera aktif setelah terjatuh.
Lantai yang dipijak bergetar ringan, aroma mesiu menguar, cipratan darah mewarnai dinding dan sebagian pakaian mereka. Walau ledakan itu berhasil melumpuhkan beberapa zombi, tetapi semua itu tidaklah cukup. Mereka terus berdatangan dengan erang rendah yang mengancam dan gigitan yang mematikan.
"Apa ini?" Himo menatap ngeri pemandangan di depannya. "Berapa banyak jebakan lagi yang terpasang di sini dan berapa banyak mereka!"
"Him mundur!" perintah Gama.
Sampai di belakang, mereka menambah jarak satu meter dengan meja kecil yang di maksud.
"Lalu sekarang apa?" tanya Troy sambil menembak kepala zombi yang memangkas jarak dengan cepat.
"Ada benang tipis yang menghubungkan minuman ringan di sana dengan lantai di bawahnya." Fiona menunjuk meja kecil berwarna cokelat. "Aku tidak tahu pemicu apa yang ada di bawahnya, tapi daripada membuang-buang peluru lebih baik kita gunakan perangkap yang ada di sini untuk menghabisi mereka."
Gama terdiam sesaat, berpikir apakah harus mengikuti saran yang sebenarnya membahayakan mereka juga atau terus menembak dan menghabisi makhluk itu satu per satu sampai habis.
Erangan yang semakin riuh terdengar menyadarkan Gama akan jumlah mereka yang sangat timpang. Dia menutup mata sejenak, rahangnya menegang. Setelah semua dipikirkan matang-matang dalam waktu singkat, dia memberi perintah kepada Himo."Him, kamu tahu apa yang harus dilakukan. Tunggu aba-aba dariku."
Bersemangat dengan perintah yang diberikan, Himo menarik salah satu sudut bibir dan mengacungkan pistol ke tempat di mana minuman pelega dahaga itu berdiri.
"Siap!"
Tidak segera memberikan instruksi, Gama mendorong Fiona ke belakang tubuhnya dan ketika dua zombi melewati meja kalimat 'tembak' dikeluarkan olehnya.
Suara desing peluru yang mendorong dan melubangi kaleng terendam keramaian. Kali ini tidak ada ledakan yang terdengar, tetapi kobaran si jago merah yang seakan ikut membakar mata mereka. Hawa panas menerpa tubuh, lidah api menari seksi di udara, dan memanggang mereka yang masih sanggup berjalan.
"Mundur!!"
Suara letupan pistol kembali ingar terdengar diikuti ledakan saat salah satu zombi jatuh menimpa lemari dan memecahkan beberapa barang. Serpihan kayu melesat menggores kulit dan mengiritasi mata.
Para tentara segera mengalihkan pandangan untuk melindungi penglihatannya. Sementara itu Fiona yang tubuhnya masih disembunyikan oleh Gama hanya bisa mencengkeram pakaian sang pria sambil menutup mata.
Api bertemu pakaian dan membakar mereka yang bersentuhan. Butuh waktu beberapa menit untuk otak mereka mencair dan memutus satu-satunya sirkuit yang menggerakan tubuh matinya. Walau begitu gerak lambat para zombi cukup menguntungkan para tentara untuk bersiaga dan menyaksikan tubuh busuk itu terbakar dan membentuk jelaga.
Seakan jatuh ke neraka terdalam, api merambat ke perabotan dan berkobar semakin besar.
"Apa yang akan kita lakukan dengan apinya?" tanya Troy dengan keringat sebesar biji jagung di keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run!
Mystery / ThrillerBUKU PERTAMA Genre : action, thriller, sci-fi, minor romance. R-18 : blood, gore. Ledakan terjadi di instalasi penyakit menular di gedung kesehatan di kota Arkala. Sebuah virus yang tengah diteliti di dalam fasilitas kesehatan teraman di kota akhirn...