Bab 23

884 187 11
                                    

Ruangan mendadak sunyi. Tak ada lagi adu mulut, hanya ada suara derap langkah manusia dari luar yang mengancam mereka di kegelapan.

Detik terlewati, rombongan itu berhenti tepat di depan dan memberi bayang tak beraturan di sela bawah pintu. Fiona dan yang lainnya diam, bahkan sebagian menahan napas saat mendengar kunci memasuki lubang.

Suara gemerincing terdengar bak musik kematian selama beberapa saat. Pintu kemudian terbuka membawa sinar masuk serta beberapa pria, termasuk dia yang selalu mengamati Fiona.

"Lampu!" perintah pria dengan suara cempreng.

Seketika kilatan cahaya lampu darurat yang menempel di dinding memecah kegelapan. Menyilaukan mata sebagian orang yang terikat—termasuk profesor dan Fiona.

"Pagi semuanya. Perkenalkan aku Jo, host kalian untuk hari ini." Pria bertubuh ceking berambut pirang berantakan itu menekuk sedikit lutut dan mengayunkan tangan kanannya ke depan. Berusaha terlihat elegan dengan pakaian yang tak jauh menjijikan dengan yang lainnya.

"Host?" Mata Himo memincing.

"Iya, host. Bukannya itu nama keren dari pembawa acara? Kamu tahu ... kata yang suka manusia pintar gunakan?" Sorot matanya terlihat serius.

"Aku tahu apa itu host," geram Himo.

"Oh!" Jo menutup mulutnya. "kalau gitu Tuan Kon belum memberitahu? Akan ada acara besar pagi ini," ucapnya yang dipaksakan sopan diikuti gelak tawa pria lainnya.

"Apa yang mau kalian lakukan kepada kami?" gusar Fiona.

"Tolong, lepaskan kami." Yona memelas di antara isakannya.

"Tenang saja, Nona. Untuk kalian yang tidak akan tunduk kepada Tuan Kon tentu akan dilepaskan. Untuk apa mempertahankan kalian yang tidak ingin bergabung, bukan?" Dia menurunkan sudut bibir dan matanya.

Semua, kecuali Yona, tampak tak terpancing dengan kata 'melepaskan' dan simpati yang diberikan. Karena untuk apa susah-susah menangkap mereka jika suatu saat akan dibebaskan kembali.

"Lebih baik aku mati daripada bertahan di sini selama sisa hidupku!" ketus Himo.

"Mati?" Jo melebarkan mata dan menarik maksimal sudut bibirnya. "aku akan memberimu itu. Bawa mereka semua!" Dengan satu kibasan tangan, kelima pria yang selama ini berdiri di belakangnya bergerak untuk menarik paksa tubuh mereka.

"Jangan, lepaskan aku! Aku lemah. Aku tidak berguna di kelompok kalian, kumohon!" Yona berteriak panik. Tubuhnya meronta hebat yang kemudian melunglai dengan satu tamparan dari salah satu penjaga.

"Yona!" Minsana memekik saat melihat juniornya terempas ke lantai.

"Tembak jika ada yang melawan!" perintah Jo sebelum berjalan keluar.

Berjalan di bawah ancaman pistol, mereka kembali melewati lorong yang sama dengan gelisah. Beberapa kali Troy mencoba menahan langkahnya, tetapi tendangan di bokong dan ancaman moncong pistol di kepala menggagalkannya.

"Apa yang akan mereka lakukan?" bisik Fiona kepada Gama.

Gama hanya menggeleng dan bertanya hal lain. "Fiona, tanganmu sakit?"

Fiona terdiam sejenak dan melirik ke arah musuh di belakangnya. "Lebih baik."

Fiona berharap Gama paham dengan jawabannya. Karena kini tali yang melilit pergelangannya mulai longgar dan mudah untuk dilepaskan. Semua berkat kerja Prof Gorgo yang bisa memanfaatkan waktu sempit untuk membuka beberapa simpul mati.

"Bagus kalau be—"

"Hei! Kamu panggil dia apa? Fiona!" Tiba-tiba saja pria berambut ikal itu memutar tubuh Gama dan menarik kerahnya.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang