Bab 47

826 202 30
                                    

Sesuatu yang tidak biasa terjadi.

Jika pada hari-hari biasa, Gama harus mengusahakan keselamatannya sendiri atau bahkan mempertaruhkan nyawa demi orang lain. Kali ini, dia harus menyerahkan nasib kepada kawannya sendiri.

Keputusannya meminta Troy naik terlebih dahulu dan menjadikannya katrol manusia, jelas tidak salah. Namun, memerintahkannya untuk mengangkat dua pria dewasa sekaligus, jelas bentuk ketidakpeduliannya. Dan kini dia hanya bisa berdoa supaya Troy masih memiliki sisa tenaga setelah menarik naik kedua perempuan di kelompoknya.

Bergelantung di ketinggian tiga meter, butiran peluh sedikit demi sedikit terbentuk dan membasahi telapak tangan Gama. Beberapa kali dia merosot beberapa sentimeter, tetapi cengkeraman yang dikuatkan berhasil menahan tubuhnya untuk tidak semakin turun.

Walau belum sampai dua menit memasrahkan diri di untaian tali, tetapi ujung-ujung jari tangan Gama sudah mulai baal. Goresan tali yang menyayat kulit merintih perih. Dan tidak perlu lagi dipertanyakan bagaimana pernapasannya, karena semenjak lengan Himo mengalunginya, dia lebih banyak menahan napas. Semua akibat tekanan kuat di leher yang mempersempit jalan napasnya.

Di atas, Fiona yang tidak berhenti menyebut nama mereka berdua dengan intonasi khawatir, memberi sedikit percikan semangat dan kecemburuan yang membakar emosi Gama.

Gama tahu kalau Fiona mempunyai hubungan yang jauh lebih baik dengan Himo daripada Troy, dan sedikit lebih akrab daripada dia. Beberapa kali dia melihat mereka tengah ngobrol tanpa memedulikan sekelilingnya. Himo bahkan sering tidak memedulikan jarak antara tubuh mereka saat menyelamatkannya.

Cemburu? Jelas. Bagaimanapun juga Gama menyimpan rasa pada perempuan itu.

Namun, pemikiran egois dan sangat tidak pada tempatnya itu segera lenyap saat menyadari pegangan Himo mulai merenggang.

Ketidaktahuan Gama akan sisa energi kawannya, menipiskan kesabarannya. Tidak ingin semua berakhir sia-sia, dia mencoba untuk memindahkan genggamannya beberapa sentimeter ke atas. Namun, gerakan itu justru membuat gravitasi bekerja semakin keras membawa tubuhnya meluncur ke bawah. Bertumpu pada satu tangan jelas bukan ide baik, terlebih dengan beban ratusan kilo.

Aku harus banyak latihan lagi setelah semua ini selesai, rutuk Gama dalam hati.

"Jangan bergerak!" Troy berteriak kesal ketika tubuhnya tertarik ke depan. "Aarrggh! Kenapa kalian berat sekali! Bukannya sudah seminggu kita tidak makan enak?" omel Troy sambil menekuk lengannya ke atas—menarik tali—dan menonjolkan biceps yang sedikit lagi bisa merobek kain yang menutupnya.

"Simpan suaramu, Sersan. Jangan buang energimu untuk hal-hal tidak penting seperti bicara!" Minsana memperingatkan dengan ketus.

"Troy, tidak bisa lebih cepat? Mereka mulai berdatangan." Fiona menunjuk ke ujung jalan, di mana beberapa mayat hidup berjalan limbung melalui tumpukan tubuh. Sementara kaki Himo bergelantung di jangkauan tangan mereka.

"Kamu tidak lihat aku sedang berusaha!" Troy mengerahkan seluruh kekuatan kaki dan tangannya untuk mengangkat mereka berdua dan berhasil. Sedikit demi sedikit mereka kembali naik dan dengan kecepatan lebih dari sebelumnya.

Tidak ingin menganggu Troy dengan informasi yang bisa mengalihkan perhatiannya lagi. Fiona berjalan ke pojok kontainter dan mulai membuat keributan dengan berlari di tempat.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang