Bab 49

844 191 35
                                    

Semua terjadi begitu cepat. Tidak ada yang menyangka suara letusan senjata terdengar menginterupsi ancaman Troy. Tidak ada aroma mesiu yang tercium, pun asap tipis penanda lokasi pistol ditembakkan.

Mereka yang di atas merunduk dan mengedarkan pandangan, kecuali Troy yang masih berdiri tegap, meringis kesakitan merasakan timah panas membenam dalam di lengan kanannya. Bicepsnya berkedut nyeri dan panasnya seperti membakar serat-serat otot yang malang melintang di atas tulang.

Tidak ada yang sadar ke mana peluru itu bersarang, sampai suara denting pisau membentur baja menggaung kencang. Seketika semua memusatkan perhatian ke arah Troy dan melihat darah menetes dari ujung jarinya.

"Troy!" Gama dan Fiona memekik hampir bersamaan.

"Maaf, aku meleset lagi. Sepertinya aku harus banyak latihan menembak." Anak buah Kon berkata kencang dari atas truk trailer, di antara belasan kontainer yang saling menubruk. Suaranya yang terdengar kecewa kontras dengan raut wajah mengejeknya.

Belasan zombi berduyung-duyung datang mendekati truk, suara tubrukan terdengar keras. Sesuatu yang seharusnya menakutkan kebanyakan orang, tetapi tidak dengan dia yang tetap berdiri bangga dengan pistol di tangan.

"Kamu!" Rahang Troy menggeretak kuat. Niat membunuhnya berkobar, tetapi todongan senjata api meredupkannya.

"Karo, bangun!" panggil pria itu kepada sang pemadam kebakaran.

"Foi." Pria pemadam itu menoleh ke arah pemilik nama.

"Aku mengajakmu ke sini bukan untuk leha-leha. Habisi mereka! Puaskan nafsumu, tapi sisakan perempuan itu untukku."

Perempuan itu? Dia masih saja mengincar Minsana, pikir Gama sambil melirik ke sang dokter yang masih merunduk.

Pria itu terkekeh. Diluruskannya tubuh yang sebelumnya meringkuk takut. Walau tinggi Karo jauh lebih pendek, tetapi tatapannya berhasil mengintimidasi dan seringainya menghancurleburkan rasa percaya diri Troy.

Kepalan tangan kiri Troy menguat, kakinya bergeser tipis ke belakang. Dia tahu kekuatannya tidak sepadan dengan pria itu, terlebih saat ini hanya kedua kaki dan tangan kiri yang bisa membantunya bertahan.

"Mati!" ancam Karo. Tendangannya melayang tinggi melewati kepala.

Troy menekuk kakinya dan mengangkat sikunya membentuk tameng untuk melindungi kepala. Kekuatan lengan kiri yang jauh lebih lemah, membuatnya terjatuh dengan lutut membentur keras baja peti kemas.

"Troy!" Gama bergerak maju untuk membantu. Namun, denting peluru memantul tidak jauh dari kaki, menghentikannya.

"Berhenti sampai di situ! Sudah kubilang, tembakanku sering meleset, jangan sampai aku menembak area lain," ancam Foi. "lagi pula, mari bermain adil. Satu lawan satu. Waktumu juga akan datang, Sersan."

Tubuh Gama mematung mematuhi ancaman. Hanya matanya yang berani berlari mengikuti kawannya yang berjuang sendirian.

Pergumulan satu arah dengan kekuatan yang tidak imbang, memaksa Troy terus mengambil langkah mundur dan bertahan. Sampai akhirnya, rasa kesal berkecamuk di dada. Tanpa ragu-ragu, dia menghantamkan kepala besarnya ke dahi Karo.

Pria kecil itu doyong ke belakang. Kening berdarah dan pandangan yang kabur, membekukan serangannya.

Kesempatan itu digunakan Troy untuk menyerang balik. Walau dia tidak selincah Karo, tetapi kekuatan tungkainya tidak bisa dianggap remeh. Beberapa kali dia berhasil menendang mundur musuh hingga tidak ada tempat tersisa untuk berpijak.

Senyum Troy mengembang, kemenangan sudah menyentuh ujung jarinya dan sedikit lagi diraihnya. Hanya dengan satu dorongan, pria itu akan terjun di kumpulan mayat hidup yang sudah meraung meminta makan.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang