Bab 31

907 197 12
                                    

Suara letupan senjata dan teriak kesakitan menggema dari bawah. Pekikan nama menjadi bukti sebagian dari mereka yang masih bernyawa. Namun, tidak ada yang para tentara bisa lakukan.

Selain gelap dan tersembunyinya area pertumpahan darah. Keterbatasan jumlah peluru menjadikan mereka harus bersikap layaknya pengecut di medan perang. Dan hal itu menyakiti harga diri mereka, terutama Gama.

"Kalian turun dan beristirahat! Aku dan yang lainnya akan bergantian berjaga. Apa pun yang kalian dengar, jangan terpancing dan tetap berada di kamar," perintah Gama tegas.

Mendengar itu, mereka semua bergegas turun dan masuk ke kamar masing–masing.

Sampai di kamar tanpa pencahayaan. Kombinasi lelah dan perut terisi, membuat Fiona dan Minsana tidak butuh waktu yang lama untuk terlelap.

o0o

"Tolong!"

Jerit permintaan tolong menggema.

"Siapa?" Fiona memutar kepala. Matanya yang tertutup tirai kabut, memaksa pendengarannya untuk mencari sumber suara.

"Tolong, lepaskan aku!" Suara perempuan muda kembali terdengar, tetapi kali ini dari arah berlawanan.

Dia kembali memutar kepala. Pupil matanya melebar mencari bukti fisik di antara kepulan kabut. Berharap menemukan sesuatu, walau hanya berupa bayangnya saja. "Di mana kamu?"

"Aaahh! Lepas! Lepaskan! Seseorang, tolong aku!" Kepanikan dan ketakutan membaur. Suara seraknya terdengar tinggi dan kasar, seakan seseorang tengah menggaruk papan tulis dengan cakarnya.

Dari jelasnya teriakan, perempuan itu seharusnya berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Namun, uluran tangan Fiona masih hanya bisa meraih kosongnya udara.

"Katakan di mana kamu! Aku bisa menolongmu!" balas Fiona kencang.

Dia kembali berjalan dengan tangan terulur ke depan. Baru sampai beberapa langkah, kakinya berhenti secara otomatis saat penghidunya mencium aroma kaporit yang pekat.

Kebingungan mengusai. Otaknya mengenal bau ini, tetapi ia menolak untuk mengolahnya menjadi informasi dan membagi dengan sang pemilik.

Perlahan rasa takut menggerogoti pikirannya. Tempat janggal dengan aroma aneh sudah cukup memberinya sinyal untuk segera mencari jalan keluar.

Fiona kemudian berlari asal ke salah satu arah. Sampai akhirnya dia sampai ke area di mana pengap dan aroma lembab mencekik lehernya. Walau tubuhnya masih leluasa bergerak, tetapi sensasi ini membuatnya seakan sedang berputar-putar di ruang bawah tanah sempit tanpa ventilasi.

Di mana aku! pikir Fiona tak lagi memedulikan perempuan asing yang masih dalam pencarian.

Fiona melangkah cepat, ke kiri, kanan, berputar untuk kembali ke tempat awal. Namun, dia tidak juga menemukan dinding pembatas dunianya.

"Di mana ini?" Panik, dia kembali berlari ke depan menembus kabut yang pekatnya menghalangi pandangan.

Sampai akhirnya kabut yang selama ini menyelimuti tersingkap dan dia dapat melihat dengan jelas tempatnya berdiri sekarang. Sebuah hutan.

Dengan napas menderu kencang dan denyut jantung memukul dada, kedua mata Fiona berputar dalam kebimbangan. Bagaimana mungkin dia sampai tempat seperti, di mana puluhan pohon pinus menjulang menembus langit senja yang merahnya bisa melelehkan darah.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang