Bab 21

944 192 12
                                    

Karat engsel gerbang berderit kencang, meningkatkan degup jantung sebagian orang di dalam mobil. Setelah Himo memutus rantai yang mengunci gerbang menggunakan timah panas, mereka masuk dan kembali menutupnya. Memberi batas antara aman dan ancaman.

Masuk ke halaman luas penuh rumput ilalang dan tumpukan batu hebel di salah satu pojokan, Gama dan Himo berjingkat penuh waspada. Sementara mobil di belakang mereka mengekor sangat lambat.

"Sepertinya kita sendirian di sini," ucap Himo menurunkan senjatanya setelah berhasil melintasi halaman depan.

"Aku tidak yakin itu. Perasaanku tidak enak," balas Gama masih menyisir area sekitar.

"Lalu apa sekarang? Kita istirahat di sini untuk malam ini?"

"Naik ke atas. Kita istirahat di lantai dua. Cari area dengan sudut mati, aku tidak mau siapa pun yang mengincar mendapatkan kita dengan mudah," perintahnya.

"Bagaimana dengan mobil? Kurasa saat ini mobil penuh dengan bahan bakar dan makanan lebih menggiurkan dibandingkan nyawa kita."

"Ganti ban lalu masukkan mobil ke dalam, pasang jebakan suara di area pagar, dan kita bertiga akan bergantian berjaga di bawah." Gama akhirnya menurunkan senjata dan memberi isyarat kepada Troy untuk mendekat.

"Terdengar matang untukku. Kita lakukan kalau begitu."

Setelah itu Himo bergerak naik untuk menyisir area di atas yang baru terbangun sebagian temboknya. Sedangkan Gama meminta Troy untuk mengganti ban dan membawa kendaraan besi itu ke dalam.

"Ambil keperluan kalian. Makanan dan minuman. Setelah itu kalian ke atas dan ikuti apa yang dikatakan Himo!" teriak Gama yang segera dilakukan para ilmuwan.

Sementara itu, Fiona yang belakangan mengambil bagiannya, terlihat gelisah dan beberapa kali mengedarkan pandangannya.

"Tidak usah khawatir, kalian akan aman." Gama menepuk lembut bahu perempuan yang kini menggerai rambutnya.

"Kamu yakin? Tembakan, tumpukan mayat manusia, dan penggiringan ini, semua bukan apa-apa?" tanya Fiona resah.

Gama bungkam sejenak untuk mengamati gadis di depannya. Walau tangannya mencengkeram kuat botol minuman, tetapi absennya ekspresi ketakutan yang tersirat di wajah membuatnya bertanya-tanya. Apa dia menyembunyikan ketakutan dengan sangat baik, atau justru tengah memasang pertahanan untuk pertarungan sewaktu-waktu bisa muncul?

"Naik ke atas. Jangan risaukan hal yang bukan tugasmu. Cukup percaya. Kamu bisa lakukan itu, bukan?" ucap Gama tegas yang membuat Fiona menurunkan pandangannya sejenak.

"Andai semudah itu." Fiona kemudian berlari ke atas meninggalkan Gama bersama dengan Troy yang tengah mengganti ban.

"Cukup percaya, huh. Di situasi seperti ini, kita hanya bisa percaya kepada diri sendiri, Gam. Kamu sendiri tidak mempercayai mereka semua, tetapi meminta satu spesifik orang untuk percaya denganmu," ketus Troy.

Gama menoleh ke arah pria besar yang kini membuang ban yang kempes dan memasang yang baru.

"Aku cuma tidak ingin melihatnya cemas seperti itu."

"Dan kamu masih menyangkal kalau kamu punya perasaan dengannya." Troy mulai memasang baut ban satu per satu. "Ingat, Gama. Apa pun perasaan yang kamu punya, jangan sampai mengaburkan rencana kita dari awal. Kamu masih ingat, kan, apa rencananya?"

Troy memasang baut ban terakhir dan menurunkan dongkrak dengan cepat.

"Aku yang diberi perintah itu, jadi tidak perlu mengingatkan aku."

Berderai peluh, pria besar itu bangkit dan berjalan mendekati rekannya. "Bagus. Jangan sampai kamu salah menolong orang. Prioritaskan para ilmuwan, setelah itu baru masyarakat awam!" Troy menatap tajam pria yang sedikit lebih pendek darinya.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang