BAB - 05

195 57 812
                                    

Happy Reading!

Hargai aku dengan vote dan komen!

***

Elvano kini sudah memasuki apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elvano kini sudah memasuki apartemennya. Disana sudah ada Genta, Fajar, Gian dan Yopa yang tengah bermain PS sambil memakan beberapa camilan yang selalu tersedia di apartemennya.

"Gimana? Berhasil ngedeketin si cewek udik itu?" tanya Gian.

"Nama dia Alena," sela Genta.

Elvano merebahkan tubuhnya di sofa."Ya berhasil lah! Apasih yang gak bisa dilakuin oleh seorang Elvano Mahardika," ujar pria itu dengan angkuhnya.

"Lo kudu hati-hati Van. Dapet karma baru tau rasa lo!" kata Fajar tanpa mengalihkan pandangan dari permainannya.

"Heem. Bener tuh kata si Fajaro," ujar Yopa yang setuju dengan pendapatnya Fajar.

Elvano yang keras kepala tidak menggubris peringatan yang dilontarkan para sahabatnya, ia tetap kukuh pada pendiriannya. "Bacot amat sih kalian semua! Udah ah, gue mau tidur dulu. Jangan ada yang ganggu!" Elvano melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Kini di ruang tengah hanya ada sahabatnya Elvano yang masih saja berkutat dengan permainan PS nya. Terkecuali Genta yang tengah sibuk dengan gitarnya, karena memang dirinya senang bermain alat musik itu.

"Gi, kenapa lo bikin taruhan kaya gitu sama Elvan?" tanya Genta memecah keheningan.

"Gue sengaja ngelakuin itu," jawab Gian sembari menghembuskan asap rokoknya.

"Lo tau kan Elvano itu kaya gimana?"

Gian menampilkan smirk nya. "Gue tau banget dia kaya gimana."

"Terus kenapa lo ngelakuin itu?"

"Bermain api sedikit gak apa-apa bukan?"

"Lo bener-bener gila ya! Bukan cuma dia yang bakal terluka tapi juga Alena," pekik Genta tertahan.

Gian mengangkat kedua bahunya."Gue gak peduli, gue cuma nikmatin permainan yang Elvano ciptain sendiri."

"Kalau aja ego dia gak setinggi langit, mungkin dia bisa nolak taruhan itu walaupun gue sempet kompor-komporin tadi." lanjut Gian.

"Tapi Alena juga bakal kena dampaknya, Gian."

Gian lagi-lagi berdecih, "Lo, kenapa peduli banget sama dia, hah?!" tanya Gian yang mulai menaikkan nada bicaranya.

Fajar dan Yopa yang sedaritadi diam akhirnya ikut andil dalam pembicaraan dua manusia yang sifatnya jauh berbeda itu.

"Udah! Ga usah ribut. Kalian ini kenapa sih?!" bentak Yopa sembari menggebrak meja.

Bentakkan dari Yopa sukses membuat Genta dan Gian terdiam, Yopa itu dikenal sangat jarang marah kepada siapapun. Dan sekalinya ia marah akan membuat orang-orang ketakutan dalam sekejap mata.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang