BAB - 46

76 13 0
                                    

Happy Reading

-Jangan lupa vote dan komen ya-

Elvano berjalan gontai menuju mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elvano berjalan gontai menuju mobilnya. Dalam mobil, pria itu pun masih terbengong di depan kemudi hingga tak sadar kalau hujan telah turun dengan sangat deras. Pikirannya sungguh kalut, bagaimana tidak? Di hari yang sama ia berkali-kali diberi kejutan yang sangat tak terduga. Mulai dari Stella yang merupakan saudara tiri Alena hingga Alena yang sedang mengandung anaknya.

Dengan kesadaran yang masih ia punya, Elvano menjalankan mobilnya sangat pelan dengan tujuan untuk mencari Alena disekitar kompleks rumahnya namun ia tidak dapat menemukan gadis itu.

"Len, kamu dimana?"

Tak mau menyerah begitu saja, Elvano menelusuri Kota Bandung yang sudah sangat sepi malam itu. Ia sangat khawatir dengan kondisi Alena ditengah guyuran derasnya hujan. Bahkan Elvano sudah berpikiran yang tidak-tidak, ia takut kehilangan Alena. Ia takut Alena meninggalkannya secara tiba-tiba.

Dalam ketakutannya Elvano menghentikan mobil dan melihat seorang gadis yang sedaritadi ia cari-cari. Dengan tergesa Elvano keluar dari mobil. Tanpa mempedulikan dirinya yang sudah kebasahan.

"Alena, kamu ngapain di sini?"

Alena terlonjak kaget lalu beralih menatap Elvano. "Ke--Kenapa kamu bisa ada di sini?"

"Harusnya aku yang nanya itu, ngapain kamu berdiri di depan klinik kandungan?!"

Alena tercengang, dia menggelengkan kepalanya lalu tertunduk. "Aku cuma kebetulan lewat aja kok," ujarnya dengan amat lirih.

"Dia bohong!" batin Elvano.

Elvano menatap gadis itu dengan tatapan yang sendu, ia tahu kalau saat ini Alena tengah menangis di bawah guyuran hujan.

"Ayo ikut aku," seru Elvano yang meraih tangan Alena.

Alena menggeleng lemah, "kamu pulang aja, aku juga mau pulang ke rumah."

"Rumah? Bahkan lo udah diusir sama mereka, Len."

Elvano tak mengerti kenapa Alena tak berterus terang kepadanya. Tanpa persetujuan Alena, Elvano menarik tangan wanita itu ke dalam mobil. Lalu memberikan handuk kepada Alena untuk mengelap air di wajahnya. Setelah selesai mengeringkan wajahnya, Alena tetap enggan menatap Elvano, dia memalingkan wajah keluar jendela.

"Len ...," panggil Elvano sembari mengenggam tangan Alena yang masih dingin.

Alena tetap diam seribu bahasa.

Pria itu menghela nafas berat. "Udah berapa bulan?" tanya Elvano yang menjurus ke usia kandungan Alena.

Untuk kali ini Alena menoleh kemudian menatap Elvano dengan senyum palsunya. "Maksud kamu apa?" tanya Alena pura-pura tak mengerti.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang