Happy Reading
Jangan lupa vote ya ^^
Typo tandain ya
Alena masuk ke dalam kamar lalu menangis tersedu-sedu. Ia berpikir kenapa juga harus dia yang mengalami semua ini? Sungguh sangat tidak adil baginya, disaat orang-orang mendapatkan limpahan kasih sayang dari keluarga dan orang terdekat mereka. Lantas mengapa gadis itu tidak mendapatkan salah satunya? Dunia ini sangat lucu.
Sudah lebih dari satu jam Alena menangis menundukan kepala diantara kedua lututnya. Ia ingin sekali memberitahu Dea tentang kejadian hari ini. Tapi Dea itu orang yang bersumbu pendek, ia pasti akan memarahi atau bahkan menghajar Elvano dan teman-temannya yang pada akhirnya hanya akan menambah masalah baru bagi dia.
Memang tak bisa Alena pungkiri kalau dia sempat berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Gila memang! Tapi sekuat apapun ia bertahan yang didapatkan hanyalah rasa sakit. Apakah hidupnya begitu lucu sampai-sampai terus dipermainkan oleh orang?
Alena yang berusaha untuk berdiri saja rasanya sangat sulit. Rumah yang selama ini ia anggap 'neraka' begitu menyesakkan dada, ditambah lagi sekarang tempat pelarian satu-satunya bagi dia yaitu sekolah sudah berubah menjadi tempat yang tidak ingin ia kunjungi. Lantas ia harus pergi kemana?
Padahal tinggal beberpa bulan lagi ia lulus dari sekolah. Kalau saja ia tidak mempunyai masalah dengan Elvano mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Kalau saja ia tidak menyiram mobil pria itu dan mencoba untuk bersabar seperti biasanya mungkin hidup dia akan damai hingga sekarang. Tapi itu hanyalah masa lalu yang cukup jadi kenangan, mau buruk ataupun baik, mau ada penyesalan atau kebahagiaan, itu tergantung pilihan yang diambil saat itu.
Saking lelahnya menangis gadis itu sampai tertidur ditempat dengan posisi yang sama. Bahkan ia tidak sempat berganti baju.
***
Pagi harinya dengan wajah yang sembab ia pergi ke sekolah, pandangannya terus menatap tanah untuk menyembunyikan wajahnya itu. Alena sengaja pergi lebih awal karena ia enggan bertemu dengan Elvano. Tapi yang menjadi masalah sekarang adalah ia harus bertemu dengan Genta selaku teman sekelasnya.
Kini ia sampai di depan gerbang dan suasana masih sangat sepi, hanya ada beberapa penjaga sekolah dan petugas kebersihan yang berlalu lalang. Alena bersyukur kalau ia memilih pilihan yang tepat hari ini, mungkin untuk kedepannya ia akan terus berangkat lebih awal seperti ini.
Gadis itu sampai di depan kelasnya, ia membuka pintu namun langkah kakinya terhenti ketika melihat Elvano dan Genta yang sudah ada di sana lebih dulu. Alena tentu saja kaget, ia berbalik dan hendak pergi dari sana. Namun Elvano segera mengejarnya dan mencekal tangan gadis itu erat hingga Alena merintih kesakitan.
"Lepasin gue!" Berontak Alena.
"Gak! Sebelum kamu mau maafin aku."
Alena sudah muak berurusan dengan Elvano dan teman-temannya, ia benar-benar ingin menghilang saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW [✓]
Teen Fiction"Lo salah kalo berurusan sama gue!" "Gue pastiin idup lo ga akan tenang, cewek udik!" ***** Alena Pradipta seorang siswi sekolah menengah atas yang harus berjuang mati-matian demi membiayai kebutuhan hidup sehari-harinya. Bahkan kedua orang tuanya t...