BAB - 08

130 38 133
                                    

Happy Reading!

Hargai aku dengan vote dan komen!

***

Setelah kejadian tadi pagi, mood Elvano benar-benar hancur dalam seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian tadi pagi, mood Elvano benar-benar hancur dalam seketika. Sejak tadi pria itu terus saja uring-uringan tak jelas yang membuat para sahabatnya malas untuk meladeni Elvano.

"Van, bisa diem ga sih lo?" Yopa berusaha untuk menghentikan Elvano yang terus mengoceh.

"Panas njir kuping gue denger bacotan lo mulu," seru Fajar yang mendapat toyoran dari Elvano.

Gian yang berada tepat di samping Elvano hanya bisa tersenyum, ia tampak sangat menikmati permainan bodoh itu. "Samperin aja kali ke kelas nya." titah Gian disusul dengan siulan menggoda.

"Males banget gue nyamperin dia, yang ada 'ntar gue dibikin malu lagi sama tuh cewek!" ketus Elvano.

"Kan namanya juga usaha brother, siapa tau tuh cewek bisa luluh juga sama lo," kompor Gian.

"Jangan dengerin si anak dakjal yang satu ini, Van," Fajar memperingati Elvano supaya tidak terhasut oleh Gian.

Elvano tidak menggubris semua perkataan dari para sahabatnya, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar kantin. "Si Genta kemana?"

"Biasalah, anak IPA sok sibuk," jawab Yopa.

"Sibuk mikirin rumus matematika yang kaya cacing," sahut Fajar sambil bergidik ngeri, pasalnya mereka semua itu berada di kelas IPS kecuali Genta yang memilih jurusan IPA seorang diri.

"Itu integral bego!" koreksi Gian.

"Cih, sok pinter lo! Pelajaran ekonomi aja  masih ngitung kancing kalo ulangan," sinis Yopa.

Semua atensi ketiga pria itu teralihkan tak kala Elvano beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja tanpa berpamitan sama sekali.

"Mau kemana lo, Van?" teriak Gian yang melihat Elvano pergi dari kantin.

"Kepo! Kalian gak perlu tau," balas Elvano tanpa melirik ke belakang.

Pria itu kini berjalan menuju kelasnya Genta, yang otomatis nanti akan bertemu dengan Alena. Ia terus saja melewati lorong-lorong kelas, disepanjang perjalanan menuju kelasnya Genta banyak sekali siswi-siswi yang berteriak heboh saat melihat Elvano yang mendatangi gedung kelas IPA. Karena jarak bangunan kelas IPA dan IPS itu memang cukup jauh, sehingga pria itu jarang menginjakan kakinya ke gedung anak IPA.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang