BAB - 45

78 12 0
                                    

🌼Happy Reading🌼

Waktu berlalu begitu cepat, hingga serangkaian ujian sekolah pun sudah mereka lewati dengan susah payah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga serangkaian ujian sekolah pun sudah mereka lewati dengan susah payah. Hanya tinggal beberapa minggu lagi mereka dapat lulus dari SMA Pelita Bangsa. Namun, hubungan Alena dan Elvano belum menemui titik terang hingga saat ini. Alena yang secara terang-terangan selalu menghindari Elvano kini tubuhnya semakin kurus dengan wajah yang pucat pasi.

Elvano yang selalu memperhatikan wanita itu dari jauh hanya bisa menatapnya sendu. Kalau saja ia bisa memeluknya pasti akan ia peluk selama mungkin.

"Mau sampe kapan lo liatin dia dari jauh?"

Elvano menoleh ke arah Gian yang berjalan menghampirinya. Pria itu tak mengeluarkan sepatah kata pun dan kembali menatap Alena dari dalam kelasnya.

"Van, lo jangan kaya gini terus dong. Lo harus baikan sama Alena."

"Gue juga lagi usaha, Gi. Lo tau sendirikan kalau Alena itu keras kepala."

Gian terkekeh menganggukan kepala. "Sama kaya lo."

"Ck! Iya iya gue akuin itu. Gue juga sadar diri," ujar Elvano malas.

Ketika memperhatikan Alena yang sedang mengikuti ujian olahraga, tiba-tiba saja wanita itu jatuh pingsan di tengah lapang yang sontak menimbulkan kerumunan kecil. Kedua mata Elvano membulat seketika dan pria itu langsung berlari menghampiri Alena yang telah terkulai lemas.

"KALIAN SEMUA MINGGIR!!!" Teriak Elvano menembus kerumunan.

Elvano melihat wajah Alena yang sudah sangat pucat segera membawa gadis itu dalam gendongannya dan berlari menuju UKS. Gurat kekhawatiran sangat terukir dengan jelas di wajah Elvano yang berlari ngos-ngosan menuju UKS.

Pria itu segera membaringkan tubuh Alena di atas bangsal dan memanggil dokter yang sedang bertugas di sana. Cukup lama Alena diperiksa hingga dokter itu memberitahu Elvano tentang kondisi Alena.

"Dia hanya kurang istirahat saja, biarkan dia tidur dulu nanti kalau sudah bangun tolong beri vitamin ini ya," pinta dokter itu sembari memberikan vitamin.

Elvano hanya mengangguk mengiyakan perintah dokter.

Selama menunggu Alena siuman, Elvano terus menggenggam erat tangan gadis itu sembari mengecupinya tiada henti berharap kekasihnya baik-baik saja.

Rasa khawatir yang terus menyelimuti hati dan pikirannya tidak bisa ia ajak kompromi untuk diam sejenak. Ia benar-benar kalut dan tak tenang jika sampai Alena kenapa-napa. Lagi dan lagi pria itu menyalahkan dirinya atas semua hal yang menimpa Alena.

Merasa ada pergerakkan dari tangan Alena, mata Elvano langsung berbinar dan beralih menatap gadis itu. "Len? Kamu sadar?" tanyanya antusias.

Perlahan-lahan Alena mulai membuka mata dan hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah khawatirnya Elvano.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang