BAB - 32

78 16 0
                                    

Happy reading gaess ♥


Senin pagi kembali hadir mengawali setiap minggunya, seperti biasa para siswa berkumpul di lapangan untuk melakukan upacara bendera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin pagi kembali hadir mengawali setiap minggunya, seperti biasa para siswa berkumpul di lapangan untuk melakukan upacara bendera. Panas terik mentari pagi begitu terasa padahal belum terlalu lama mereka melaksanakan upacara itu. Alena yang berdiri di samping Dea hanya menunduk agar tidak terkena panasnya sinar matahari.

Dalam seketika ia sudah tidak merasakan lagi panas sang mentari, ia melihat bayangannya sudah tertutupi oleh seseorang yang berbadan lebih besar dan tinggi dari dia.

Alena menoleh kebelakang, "Genta? Sejak kapan lo berdiri di situ?"

"Shuttt, ga boleh ngobrol," seru Genta yang masih menatap lurus.

"Padahal yang lain juga ngobrol kok," gumamnya, "bilang aja males ngomong sama gue," cicitnya begitu pelan.

Genta masih bisa mendengar ucapan Alena walaupun samar-samar. Pria itu menghela napas. "Bukan gitu, Pak Bohlam dari tadi ngeliat kesini terus."

Alena mencari keberadaan Pak Bohlam a.k.a Pak Gugun sang guru kimia yang sekaligus menjadi wakil kesiswaan. Gadis itu langsung diam tak berkutik ketika melihat Pak Bohlam yang sedang menatapnya.

"Kenapa lo ga bilang dari tadi sih? Tau gitu gue ga bakalan berdiri slengean kaya gini dari tadi," bisik Alena.

"Udah ga usah ngomong lagi," ingat Genta.

"Ck! Iya iya!"

***

Dari kejauhan Elvano melihat interaksi antara Genta dan Alena, ia menatap mereka dengan tatapan tajam, tangannya mengepal.

"Udah sih ga usah diliatin terus woiii, mata lo bisa keluar tuh!" seru Yopa mengusap wajah Elvano.

"Jangan pegang muka gue, anjing!"

"Wahhh Babang Elvan bisa cemburu juga ya? Hahahha," ledek Fajar dari belakang.

Elvano menendang tulang kering Fajar. "Lo juga diem bangsat!"

"Aww ... Sakit anjing!"

"Sesama bangsat jangan saling ngatain."

"Dasar asu!"

"HEH! KALIAN BEREMPAT JANGAN MAIN-MAIN TERUS! FOKUS KE DEPAN!" seru Pak Gugun yang mendatangi barisan kelas Elvano.

"Lah kok berempat Pak? Saya ga ikut-ikutan pak, saya mah anak baik." Bela Gian tak terima.

"Udahlah terima aja, kita kan sahabat sejati forever together." Ujar Fajar.

"Pas susah aja baru ngajak gue! Huhh dasar anak babi!"

"Lo mah gak setia kawan."

"SUDAH DIAM! Kalian ikut saya ke lapang basket sekarang!"

"Gara-gara lo sih!"

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang