BAB - 12

135 28 20
                                    

Happy Reading!

Hargai aku dengan vote dan komen!

***

Setelah dari rumah Genta kini Elvano menancapkan gas motornya untuk menuju ke rumah Alena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dari rumah Genta kini Elvano menancapkan gas motornya untuk menuju ke rumah Alena. Waktu sudah menjelang magrib namun ia tetap tidak memperdulikannya, dengan tergesa ia melaju membelah jalanan yang ramai oleh pengendara yang baru saja pulang kerja.

Ketika sampai di depan rumah Alena, ia merasa jantungnya mulai berdebar tak karuan. "Ck! Lo bisa tenang ga sih oiii," seru Elvano sembari memegangi dadanya.

Tak lama kemudian Alena pun keluar dengan sekantung plastik hitam. "Lo ngapain di sini?" tanya Alena sembari mengernyitkan keningnya.

Elvano menggaruk tengkuknya yang tak gatal, entah mengapa ia bersikap seperti itu di depan Alena.

"Heh! Kok malah diem sih, gue nanya tau!"

"G ... Gue ..."

"Gue apa?!" sela Alena cepat.

"Elvano, lo kenapa jadi gini sih!" Batin Elvano.

Dengan menetralkan detak jantungnya, ia berujar, "Gue mau jenguk lo."

"Ih tumben banget lo care sama gue."

Elvano memutar kedua bola matanya, "Ya jelaslah gue khawatir, gue kan liat kejadian waktu itu secara langsung," jelas Elvano.

Alena tercenung mengingat kejadian terakhir sebelum ia jatuh sakit, seketika ia tertunduk malu akan kejadian malam itu. Di dalam hidupnya ia tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan buruk dari ibunya yang disaksikan langsung oleh orang asing.

Alena mengeratkan pegangannya ke plastik sampah yang sedaritadi ia bawa.

Elvano yang melihat itu langsung menggenggam tangan Alena, rasa iba dalam dirinya mencuat seketika kala melihat raut sedih yang tercetak jelas di wajah ayu gadis yang ada di hadapannya.

"Lo gausah pikirin kejadian malam itu, gu-"

"Bisa lo lupain ga kejadian malam itu, gue ... malu," cicit Alena lemah.

"Lo bisa percaya sama gue, walaupun gue berengsek tapi gue bisa megang kata-kata gue."

Alena mengangkat wajahnya lalu kedua insan itu saling bertatapan dengan tangan si gadis yang digenggam oleh si pria yang kini menatapnya lembut.

Cukup lama Alena menatap mata Elvano hanya untuk memastikan kalau dia berbicara dengan tulus. "Apa gue bisa percaya sama lo?"

Elvano menganggukan kepalanya yakin. "Lo bisa percaya sama gue."

Gadis itu hanya bisa berharap kalau Elvano tidak memberitahukan keadaan keluarganya kepada teman-teman di sekolah. Alena yang sadar kalau tangannya sedang di genggam oleh Elvano langsung menariknya dengan tergesa.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang