BAB - 07

169 42 188
                                    

Happy Reading!

Hargai aku dengan vote dan komen!

***

Elvano melajukan motornya dengan sangat kencang menuju apartement-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elvano melajukan motornya dengan sangat kencang menuju apartement-nya. Dengan tergesa dia memasuki tempat tinggalnya itu dan segera mengeluarkan benda pipih yang berada di saku celananya. Pria itu mulai mencari-cari nama seseorang untuk dihubungi.

"Selamat siang pak, ini saya Elvano."

"Oh iya Nak Elvan. Ada apa kamu nelpon bapak?"

"Saya mau semua data tentang siswi yang bernama Alena, anak 12 IPA 1. Kirimkan ke email saya sekarang," tukas Elvano kepada komite yayasan.

"Baik, nanti saya akan kirimkan dengan segera."

Sambungan telepon terputus, Elvano langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya. Semua petinggi di Yayasan Pelita Bangsa sangat patuh terhadap keluarga Mahardika yang notabenenya pemilik dari sekolah, termasuk Elvano yang sangat diistimewakan.

Elvano mencoba menutup matanya untuk menenangkan pikiran sejenak. Ia menghirup udah dengan rakus dan menghembuskannya kasar. "Alena, lo salah nyari lawan," gumam Elvano dengan ujung bibir yang terangkat tipis.

Tak lama dari itu, ada satu notifikasi email yang masuk. Elvano segera membukanya dan membaca dengan saksama isi dari email itu. Ia benar-benar menelaah semua data informasi tentang Alena.

Dengan senyum tipisnya Elvano berucap, "Jadi lo anak penerima beasiswa penuh. Ini bisa gue gunain buat ngancem lo, Alena." Elvano segera bangkit dari posisi tidurnya kemudian ia pergi ke kamar mandi dengan binar diwajahnya. Suatu keuntungan bagi dia punya kekuasaan di sekolahnya.

Malam ini Elvano dapat tidur dengan nyenyak tanpa harus memikirkan cara untuk menaklukkan Alena. Hanya dengan berbekal informasi tentang gadis itu yang ia dapatkan tadi siang. Tapi Elvano tidak serendah itu untuk menaklukkan Alena dengan terus-terusan mengancamnya. ancaman itu hanya akan ia gunakan ketika Alena susah untuk dikendalikan dan tidak mau menurutinya.

***

Alena pulang dari tempat ia bekerja sekitar pukul delapan malam, kali ini ia beruntung karena Dea mau mengantarkan dirinya pulang.

Ketika sampai di depan rumah, gadis itu langsung masuk ke dalam kamar kerena para penghuni rumah sudah tenggelam dalam handphone-nya masing-masing. Dan kebetulan juga ia sudah diajak makan oleh Dea, sehingga ia tak perlu repot-repot ke dapur untuk mengambil makanan.

Malam ini terasa sungguh melelahkan bagi gadis malang itu, tuntutan akan pendidikan dan kelangsungan hidup yang ia tanggung sendiri membuatnya ingin menyerah saja pada kehidupan yang Tuhan berikan kepadanya.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang