BAB - 55

68 13 0
                                    

🌼 Happy Reading 🌼

Vote dulu sebelum baca yaa
.
.

Dalam dekapan Elvano, Alena masih saja menangis dengan tersedu-sedu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam dekapan Elvano, Alena masih saja menangis dengan tersedu-sedu. Semuanya berlalu begitu cepat hingga ia masih dilanda kebingungan. Elvano pun membawa Alena masuk ke dalam mobil untuk menenangkannya lalu memberikan dia air minum.

"Sayang, udah ya jangan nangis lagi," seru Elvano sembari mengusap punggung Alena.

"Aku masih bingung sama semuanya, Van." Alena mengusap wajahnya lalu membuang nafas kasar.

"Jadi Stella itu saudara tiri aku? Orang yang selama ini nge-bully aku ternyata saudari tiri aku sendiri?" gumamnya tak percaya.

Elvano yang memang sudah tahu kalau Alena itu saudara tiri Stella hanya bisa menenangkan gadis itu. 

"Apa alasan Stella nge-bully aku karena dia ga terima kalau aku itu saudara tirinya?" racau Alena.

"Alena ..," panggil Elvano yang sontak membuat Alena menoleh ke arahnya.

"Jangan terlalu dipikirin ya."

"Gimana aku ga kepikiran Van, selama ini ayah kandung aku masih hidup? Aku kira kedua orangtua kandung aku udah meninggal." Alena menutupi wajahnya dan mulai menangis kembali. 

Elvano menatap Alena sendu. "Aku sebenernya udah tau kalau Stella itu saudara tiri kamu," seru Elvano pelan.

Alena mendongkak lalu menatap pria yang berada tepat di sampingnya dengan tatapan yang tidak dapat diekspresikan. "Kamu udah tau? Dan kamu ga ngasih tau aku?!"

"Kamu jahat!!!" Alena memukul-mukul dada Elvano, dua kali ia dibuat kecewa oleh orang yang sama. 

Elvano mencoba untuk menghentikan Alena yang semakin tak terkendali, ia membawa Alena dalam dekapannya namun Alena tetap saja berontak. "ALENA!" bentak Elvano yang sukses membuat Alena diam seketika.

"Dengerin aku dulu," ujarnya melemah kemudian menangkup wajah Alena yang sembab.

"Aku juga tau belum lama ini dan dihari itu juga aku tau tentang kehamilan kamu," ucap Elvano terjeda, pria itu menatap manik Alena lalu mengusap sisa air mata di pipi Alena, "maaf ... Ga sempat ngasih tau kamu, aku terlalu khawatir sama kondisi kamu waktu itu."

"Lagi pula dia bukan ayah yang baik buat kamu, sayang."

"Tapi dia tetap ayah kandung aku," jawab Alena dengan suara yang parau.

Elvano hanya menghela nafas lalu mengecup pucuk kepala Alena lamat-lamat. Baginya sudah cukup Alena mengetahui siapa ayah kandungnya dan tak perlu ia memberitahukan semua yang ia ketahui kepada Alena yang nantinya hanya akan memperburuk keadaan. 

"Ya udah sekarang kita pulang ke rumah aku ya?" 

Alena menggeleng hingga membuat Elvano mengernyitkan keningnya. "Kamu masih marah sama aku?"

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang