BAB - 09

121 29 71
                                    

Happy Reading!

Hargai aku dengan vote dan komen!

***

Alena dan Genta keluar dari ruangan Pak Gugun dengan secarik kertas soal olimpiade kimia yang akan mereka kerjakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alena dan Genta keluar dari ruangan Pak Gugun dengan secarik kertas soal olimpiade kimia yang akan mereka kerjakan. Sungguh Alena tidak mengerti mengapa Genta dengan mudahnya menerima tenggat waktu yang diberikan guru killer itu.

"Genta lepasin!" seru Alena yang melepaskan paksa genggaman tangan Genta.

Genta yang sadar kalau ia tengah menggenggam tangan gadis di sampingnya itu langsung melepaskannya. "Sorry, tadi gue refleks."

"Lo, kenapa setuju sih kalau deadline-nya besok? Lo gatau apa kalo gue itu harus kerja? Dan gue cuma ada waktu malem doang buat ngerjainnya," gerutu Alena sambil menghentakan kakinya karena kesal.

Genta hanya menatap gadis itu dengan tatapan teduh dan ia menyunggingkan senyuman manisnya. Untuk kesekian kalinya pria itu terkagum-kagum dengan kecantikan Alena yang begitu menyejukkan mata. Mulai dari matanya yang sendu, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang mungil. Semua itu tak luput dari pandangannya. Ditambah dengan kulit seputih salju, membuat gadis itu bak boneka hidup.

Melihat pria itu yang hanya mentapnya membuat Alena sedikit tidak nyaman. Ini pertama kalinya ia dan Genta saling bicara empat mata seperti ini. Sebab di kelaspun mereka tidak terlalu dekat untuk dikatakan sebagai teman.

Tatapan Genta sungguh berbeda dengan Elvano yang tajam dan selalu mengintimidasi. Tatapan pria itu seakan memberikan ketenangan bagi siapapun yang melihatnya, dan bisa membuat kaum hawa langsung jatuh hati padanya.

Dengan menetralkan degup jantungnya Alena memberanikan diri untuk bertanya."Kenapa lo malah ngeliatin gue?" tanya Alena galak.

"Lo gemesin," gumam Genta tanpa sadar.

"Hah? Apa?" tanya Alena yang ingin memastikan kalau dia tidak salah dengar.

Genta terhenyak dan langsung mencari alasan akan perkataannya barusan. "Gu-Gue gak ngomong apa-apa kok barusan," seru Genta tergagap.

"Masa sih?"

"Ck! Ya udah kalo ga percaya." Genta mengedikkan bahunya lalu pergi meninggalkan Alena yang masih terbengong.

***

Seusai bel pulang sekolah Genta menghampiri Alena yang ada di meja paling depan untuk mulai mengerjakan soal olimpiade itu, walaupun dengan menyicilnya. Kini mereka berdua duduk berdampingan dan mengerjakan soal dengan tenang.

Genta melirik sekilas Alena yang tengah serius mengerjakan soal. Terlihat dengan jelas kalau gadis itu ingin segera cepat-cepat menyelesaikan kumpulan soal itu.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang