BAB - 54

66 13 0
                                    

🌼Happy Reading🌼
.
.
.

Keesokkan harinya Alena bangun dari tidur dengan rasa lapar yang tak bisa diajak kompromi karena kamarin malam wanita itu selalu memuntahkan isi perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokkan harinya Alena bangun dari tidur dengan rasa lapar yang tak bisa diajak kompromi karena kamarin malam wanita itu selalu memuntahkan isi perutnya. Alena berjalan ke arah dapur namun tak mendapati Bi Inah di sana sehingga ia pun berinisiatif untuk membuat sarapan sendiri. Alena mulai membuka isi kulkas lalu mengeluarkan beberapa bahan makanan yang ada di sana. Wanita itu mulai memakai apron dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi lalu memotong-motong sayuran dan ayam yang rencananya akan ia jadikan sayur sop.

Ketika tengah asyik berkutat dengan pasakannya Alena mendengar pintu terbuka. "Bi ...," panggil Alena.

"Neng Alena ngapain di sini?" tanya Bi Inah yang menaruh tas belanjanya di atas meja.

"Aku mau bikin sayur sop lagi, Bi."

"Udah biar Bi Inah aja yang ngelanjutin masaknya," seru Bi Inah yang ingin mengambil alih kegiatan Alena.

"Biar aku aja Bi, udah tanggung juga nih," timpal Alena.

"Ya udah kita masak sama-sama." Bi Inah mulai mengeluarkan tempe dari tas belanjanya.

Mereka berduapun berkutat dengan pasakan masing-masing hingga semuanya siap dihidangkan. Alena dan Bi Inah mulai menata hasil pasakannya untuk disantap bersama-sama. Sejak kemarin Alena  memang menyuruh Bi Inah untuk makan bersamanya karena wanita itu tidak ingin makan sendirian. 

"Neng Alena kapan mau balik lagi ke rumah nyonya dan tuan?" tanya Bi Inah disela-sela makannya.

Alena menghentikan makannya lalu mentap Bi Inah. Wanita itu menghela nafas lesu, "aku juga belum tau, Bi."

"Ga baik loh berantem lama-lama, emang masalah Neng Alena sama Den Elvano itu apa sih?"

Alena menarik nafas dalam, ia pun mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi malam itu. "Dan aku ga mau nikah sama dia, kalau Elvano masih belum bisa ngelupain Kayla."

Bi Inah menganggukkan kepalanya paham. "Oh jadi gitu masalahnya," seru Bi Inah.

"Setau Bi Inah Den Elvano itu memang dekat dengan Neng Kayla tapi itu dulu Neng." Ucapan Bi Inah membuat Alena tertunduk lesu.

"Tapi Neng Alena juga jangan salah paham. Selama ini Den Elvano itu terus menyalahkan dirinya atas kematian Neng Kayla, padahal semua itu jelas bukan tanggung jawabnya."

"Maksud Bi Inah gimana?" tanya Alena yang baru mendengar cerita itu karena selama ini Elvano pun tidak pernah menceritakan hal itu secara detail.

Bi Inah menghela nafas mengingat kejadian beberapa tahun lalu yang membuat Elvano sangat  terpuruk. "Neng Kayla itu dulu sering main bareng sama Den Elvano dan Den Gian, mereka semua bersahabat baik. Tapi nasib Neng Kayla emang gak seberuntung Den Elvano dan Den Gian, gadis itu selalu mendapatkan penyiksaan dari kedua orang tuanya hingga merenggut nyawanya. Dan pada saat itu Den Elvano sedang pergi keluar negeri, Bi Inah sendiri ga tau alasan Den Elvano pergi secara tiba-tiba seperti itu."

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang