BAB - 14

122 24 8
                                    

Happy Reading!

Hargai aku dengan vote dan komen yaaa!

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Jam istirahat pun selesai, kini Alena yang tengah duduk sendirian sembari menatap kearah luar jendela. Ia dikejutkan oleh Genta yang tiba-tiba saja duduk di sampingnya dengan membawa buku catatan lengkap dengan tempat pensilnya.

"Apa dia sengaja pengen duduk dideket gue ya?" pikir Alena.

"Tapi tumben banget dia mau duduk di depan, biasanya juga dia duduk dibarisan paling belakang." Tanpa sadar Alena mulai memperhatikan Genta yang menurutnya sedikit berbeda.

Gadis itu menggelengkan kepala. "Astaga Alena sejak kapan lo merhatiin orang asing." Dia tetap menganggap Genta dan Elvano itu sebagai orang asing, karena untuk masuk kedalam kehidupannya memang tidak mudah terlebih ia sulit untuk bersosialisasi.

"Woy, lo kenapa Len?" Bisik Genta yang membuyarkan segala pikirannya.

"Eh ... e ... engga apa-apa kok, barusan ada nyamuk di depan muka gue," bohongnya.

Genta menatap Alena lalu menempelkan tangannya ke dahi gadis itu. Dengan raut wajah kebingungan Alena bertanya,"Lo ngapain sih?"

"Ngecek kalo lo baik-baik aja."

Alena menurunkan tangan Genta. "Gue kan udah bilang kalo barusan itu ada nyamuk."

"Lo bukan pembohong yang baik Alena," ujar Genta yang menatap lurus papan tulis.

Alena menolehkan kepalanya melirik Genta, ia sebenarnya tidak tahu kenapa Genta begitu peka terhadap dirinya bahkan kedua orang tuanya saja belum tentu bisa membedakan apakah dia berkata jujur atau tidak.

"Ck! Lagian lo ngapain duduk di sini? Ini bangkunya Dea."

"Dea lagi ga masuk, jadi bangku ini kosong."

"Terus lo ngapain masih duduk di situ? Lo mau modus ke gue, 'kan?"

"Pede banget sih lo, kacamata gue ketinggalan jadi gue duduk di sini. Kalo di belakang ga keliatan."

"Ish ... dasar!" Alena cemberut.

Sementara itu Genta tengah menahan senyumnya, ia sungguh gemas melihat Alena yang tengah kesal. Sebenarnya ia sengaja meninggalkan kacamatanya di rumah karena ia tau kalau Dea tidak akan masuk hari ini, dengan begitu ia bisa memberikan alasan untuk duduk di samping Alena.

Jam pelajaran pun dimulai, semua siswa yang ada di kelas tampak serius memerhatikan guru fisika yang tengah menjelaskan tentang materi listrik. Genta yang sedaritadi fokus ke depan untuk sesaat menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat Alena. Ia tersenyum tak kala melihat Alena yang tengah menahan kantuknya.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang