BAB - 53

61 13 0
                                    

🌼Selamat Membaca🌼
.
.
.

Dengan langkah gontai Elvano memasuki rumahnya, ia kemudian berjalan ke arah dapur untuk meneguk segelas air dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah gontai Elvano memasuki rumahnya, ia kemudian berjalan ke arah dapur untuk meneguk segelas air dingin. Elvano duduk di kursi meja makan sembari mengusak kasar rambutnya, walaupun baru sehari Alena pergi dari rumah entah mengapa ia merasakan rindu yang teramat sangat kepada wanita itu.

Berkali-kali ia mengecek WhatsApp namun ratusan pesan yang ia kirimkan ke Alena tetap tidak dibaca oleh wanita itu. Bahkan seharian ini handphone Alena tidak aktif sama sekali, hal itu lah yang membuat Elvano khawatir setengah mati.

"Gimana Van, apa udah ketemu Alenanya?" tanya Clara yang menghampiri Elvano.

Elvano memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Clara yang seperti mengejek dirinya. "Ck! Kalo udah ketemu aku ga akan pulang sendirian Bunda."

Clara menahan tawanya, senang sekali wanita itu menggoda anaknya yang kelabakan mencari Alena. "Makanya jangan bikin dia marah, udah tau wanita hamil itu sensitive. Lagian kamu malah mabuk-mabukan sih waktu pulang dari acara kelulusan."

"Akh Bunda bukannya bantuin Elvano malah ngejek terus!"

"Bukan ngejek kamu tapi Bunda itu pengen kamu sadar, Van. Sebentar lagi kamu bakal jadi seorang ayah dan kamu akan punya tanggungan sendiri. Kalau sikap kamu terus-terusan kaya anak kecil gini gimana kamu mau mimpin sebuah keluarga. Yang namanya membangun rumah tangga itu ga semudah yang kamu bayangkan, akan banyak cobaan yang datang."

Elvano diam mendengarkan nasihat Clara yang kini sudah duduk di hadapannya.

"Apa kamu pernah berpikir kalau mengandung diusia muda itu sangat rawan bagi ibu dan anak yang ada di dalam kandungannya?" Elvano mengangguk ragu.

"Kalau kamu tau, harusnya kamu bisa menjaga perasaan Alena dan harusnya kamu memberi perhatian yang lebih sama Alena bukannya malah seenaknya pulang malam dalam keadaan mabuk. Apa kamu tau kalau Alena itu nunggu kamu di depan pintu selama dua jam lamanya? Dia juga khawatir waktu kamu belum pulang malam itu."

Elvano tertunduk dalam-dalam, semua ucapan Clara memang benar adanya. "Maafin Elvano, Bunda."

"Kamu ga perlu minta maaf sama Bunda tapi kamu harus minta maaf sama Alena dan menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi."

"Iya Bunda."

"Terus kamu mau gimana sekarang?"

"Besok Elvano bakal ngelanjutin buat nyari Alena. Bunda ... Apa Bunda ga mau ngasih tau alamat Alena ke aku?" tanya Elvano penuh harap.

Clara memberikan tatapan tajam kepada putranya itu yang membuat Elvano menurunkan bahunya lesu. "Huftt ... Ya udah deh kalo Bunda ga mau ngasih tau aku." Elvano bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya. 

Clara yang tak tega melihat Elvano yang patah semangat akhirnya memberikan petunjuk kepada anaknya itu tentang keberadaan Alena saat ini. Clara menyusul Elvano ke kamarnya.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang