BAB - 44

60 13 0
                                    

Happy Reading

Elvano yang disusul oleh Gian pergi menuju bar tempat yang selalu mereka datangi untuk menemui Frans

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elvano yang disusul oleh Gian pergi menuju bar tempat yang selalu mereka datangi untuk menemui Frans. Cukup mudah untuk mencari keberadaan pria itu, keberadaanya tidak akan jauh-jauh dari tempat hiburan dan para wanita.

Dengan langkah tergesa mereka berdua masuk ke dalam bar lalu mendatangi Frans yang ketika itu tengah bercumbu mesra dengan salah satu wanita penghibur yang ada di sana. Tanpa pikir panjang Elvano langsung mencengkram kerah baju Frans dan membawanya ke tempat yang lebih sepi.

Frans melepaskan cengkraman tangan Elvano sembari menepuk-nepuk kerah bajunya seakan Elvano itu kotoran yang mesti ia bersihkan.

Elvano tak menghiraukan kelakuan Frans barusan, Ia malah menyudutkan Frans ke dinding tembok dan menatapnya tajam penuh amarah. "Apa maksud lo ngehancurin hubungan gue sama Alena?!"

"Hubungan apa?" Balas Frans seolah tidak tahu apapun.

"Jangan pura-pura bego, anjing!" Bentak Elvano.

"Van, santai dulu lah, jangan langsung emosi," bisik Gian tepat didekat telinga Elvano.

Elvano menoleh sekilas dengan dada yang naik turun.

Gian menenangkan Elvano agar dapat menahan emosinya, bisa bahaya kalau pria ini ngamuk. Gian mencoba menjadi penengah antara Elvano dan Frans, ia pun sepenuhnya sadar kalau kesalahan di masa lalu adalah karena ulah dia. Elvano yang tidak sepatutnya menjadi incaran Frans kini harus mengalami masalah akibat semua perbuatan yang Ia lakukan.

"Bro," ujar Gian sembari menepuk bahu Frans pelan, "gue tau kalo lo itu dendam sama gue, tapi jangan bawa-bawa sahabat gue yang lain apalagi ngelibatin Alena. Tuh cewek gak tau apa-apa tentang masalah kita."

"Masalah kita?" Frans tersenyum sinis.

"Emang kita punya masalah apa? hah?" Pancing Frans.

"Waktu SMP." Ujar Gian singkat.

Frans bertepuk tangan diiringi dengan tawa. "Jadi kalian udah inget siapa gue, hm?" Elvano dan Gian tidak menjawab pertanyaan Frans, mereka hanya diam menatap mata pria itu yang tersirat jelas ada banyak kebencian kepada mereka berdua.

"Udah inget sama perbuatan kotor kalian semasa SMP dulu?" Frans mulai menaikkan suaranya.

"Sorry Frans, itu semua murni salah gue." Ucap Gian penuh penyesalan.

Frans yang mendengar permintaan maaf Gian malah tertawa terbahak-bahak. "Kalian pikir cukup dengan kata maaf? Hah?!"

"Lo berdua sama aja kaya iblis! Lo ngehancurin mental gue waktu itu! Kalian ga tau kan rasanya dibully satu sekolahan kaya gimana? Kalian juga ga tau kan kalo setiap berangkat sekolah gue selalu ketakutan. Tatapan ngerendahin, gue ga suka itu!" Teriak Frans yang mampu membuat Elvano dan Gian membatu di tempat.

"Gue ngaku kalo gue salah, ga seharusnya gue nyebarin video itu. Gue minta maaf sama lo." Seru Gian.

"Apa dengan kata maaf doang lo bisa ngembaliin kesehatan mental gue yang rusak waktu itu? Enggak, 'kan?"

Elvano dan Gian sulit untuk berkata-kata, mereka pun tidak tahu harus melakukan apa. Kesehatan mental memang sangat penting bagi kelangsungan hidup seseorang. Siapa sangka kalau sebuah video pendek yang iseng Gian upload ke grup angkatan akan memberikan dampak yang begitu besar bagi Frans.

"Lo juga ga tau kalo gue sampe ga keluar rumah selama hampir 3 taun cuma karena takut dicaci dan dimaki sama banyak orang."

Gian menghela nafas, Ia sungguh tidak menyangka dampaknya akan separah itu. "Lo bisa nyalahin gue sepenuhnya, gue ga ta-"

"Lo pikir ini semua murni salah lo doang? Terus bajingan yang berdiri di sebelah lo ga ngerasa bersalah sedikitpun?"

"Elvano ga terlibat apapun Frans."

Frans berdecih memandang Elvano dan Giian secara bergantian. "Dia..." tunjuk Frans tepat di depan muka Elvano, "... yang ngakunya sahabat lo tapi kenapa dia ga nyecagah perbuatan kotor lo waktu itu?"

"Apa itu gunanya 'sahabat' ? Sama-sama SAMPAH!"

Frans mendorong bahu Elvano dan Gian kemudian berjalan melewati mereka, tanpa membalikkan badannya Frans berujar, "gue rasa masalah yang gue bikin sekarang ga ada bandingannya sama kelakukan brengsek kalian dulu. So, have fun with your problem. Dude!"

Mereka berdua masih terdiam dengan perkataan Frans barusan, Elvano kembali berpikir kalau selama ini Ia mengira bahwa persahabatan mereka adalah persahabatan yang sempurna dan selalu saling melengkapi. Namun kenyataanya mereka hanyalah kumpulan dari remaja SMA yang sibuk dengan masalahnya masing-masing dan sibuk dengan dunianya.

Pikiran mereka berdua sangat kacau hari ini, percuma saja mereka meminta maaf kepada Frans dan Alena. Karena kesalahan mereka memang tidak bisa dengan mudah untuk dimaafkan. Hari semakin malam dan pikiran Elvano yang sudah semrawut layaknya benang kusut akhirnya memutuskan untuk pulang.

***

Genta yang ditugaskan oleh Elvano untuk mengikuti Stella setelah pulang sekolah, kini tengah berada di dalam mobil sembari mengintai rumah wanita itu yang tampak damai dan tentram. Tugas Genta hanyalah melaporkan setiap kejadian yang terjadi di sana. Genta yang bosan pun menyalakan musik dan mengetuk-ngetuk jarinya di stir mobil mengikuti irama lagu sambil sesekali bersenandung kecil.

Sudah hampir 3 jam Ia mengintai kediaman Stella namun tidak ada apapun yang terjadi. Waktu juga sudah menunjukan pukul 6 sore dan ia memutuskan untuk pergi dari rumah Stella. Saat setelah Genta menyalakan mobilnya, tiba-tiba saja datang seorang pria memakai jaket kulit berwarna hitam lalu masuk ke rumah Stella. Tak mau melewatkan kesampatan ini Genta pun langsung memotret pria itu dan mengirimkannya kepada Elvano.

Sembari melihat hasil jepretannya Genta menyidik-nyidik lebih detail lagi pria yang ada di foto itu. "Kaya ga asing tapi gue pernah liat dimana ya?" gumannya. Tak mau bingung berlama-lama Genta pun memutuskan untuk pulang sebelum hari semakin gelap.

***

Elvano yang baru saja tiba di apartement nya mendapatkan sebuah pesan dari Genta yang isinya berupa foto laki-laki.

Genta
Yang gue dapetin hari ini cuma foto itu. Kayanya dia usia 40 an.

Elvano yang sudah kepalang pusing hanya melihatnya sejenak lalu merebahkan diri di atas kasur. Pria itu terus saja memikirkan ucapan Frans. Apa benar dia bukan sahabat yang baik? Elvano sadar kalau dirinya punya banyak kekurangan dan bisa dikatakan memang berengsek. Tapi ia selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk para sahabatnya. Apakah hanya ia yang berpikiran seperti itu?

Pikiran pria itu kian semrawut tak kala masalah yang hadir dalam hidupnya datang bertubi-tubi. Masa lalu yang terus mengikatnya seakan tak mau melepaskan dia begitu saja.

Apakah tak cukup dengan bayang-bayang Kayla yang terus menghantuinya?

Dengan perasaan tak menentu Elvano mencoba untuk tidur dengan harap bisa melupakan masalahnya untuk sesaat.

***

To be continue

Vote dan komen ya. Dukungan kalian sangat berarti bagi aku ...

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang