chapter 17$ keluhan

2.1K 310 14
                                    

Chapter pertama bisa nyampe 100 vote tapi setiap up chapter cuma stack di angka 60 an. Berarti reader yang suka ff ini cuma 60 orang itu. Thank buat yang 60. Harap sabar nunggu selasa kamis 😊

💸
💲
💲
💲
💲
💸








Setelah menginap satu malam, lisa kembali sekitar jam sepuluh pagi. Di depan pintu sudah ada jennie bersedekap dada. Lisa tersenyum saja, dia sudah biasa menghadapi kucing betina yang manja dan mudah marah itu.

"Ga kerja?" Tanya lisa.

Jennie ga jawab basa basi lisa itu. Ya jelas lah ga kerja, jam sepuluh ada di rumah orang bukannya di kantor, dengan pakaian piyama yang coraknya beruang, rambut di ikat asal.

"Baru bangun bobo ya?" Tanya lisa sambil mencolek pipi jennie.

"Kenapa harus jadi jurnalis sih?"

Pertanyaan yang sama semenjak lisa mengambil keputusan saat masuk perguruan tinggi. Jennie selalu mengeluh dan mempertanyakan.
Lisa tidak tau ketakutan yang jennie rasakan selama ini. Jennie khawatir dengan lisa. Fakta bahwa ayah lisa yang seorang jurnalis mati di tembak oleh orang tak di kenal, membuatnya trauma.

"Ga pengen jadi yang lain" jawab lisa sambil tersenyum, dia belum berniat masuk ke rumahnya karena jennie menghalangi pintu.

"Kebiasaan kamu ga pernah mau di ubah?" Tanya jennie

Lisa paham kebiasaan mana yang di maksud jennie. Jennie komplen karena lisa tak dapat di hubungi. Tentu saja lisa melakukan pekerjaan lain yang jennie tak ketahui

"Aku fokus kerja" Jawab lisa.

Jennie tak berucap lagi dia hanya menatap lisa.

Lisa tau apa yang harus ia lakukan jika jennie diam seperti ini. Lisa meraih kepala jennie, menempatkannya di dada.

Jennie diam adalah kemarahan terbesarnya, jika masih ngomel maka masih di level setengah. Maka yang harus di lakukan lisa adalah memeluknya tanpa kata. Dan menunggu jennie membalas pelukannya. Itu adalah tanda jika jennie memaafkannya.

"Kangen hmm?" Bisik lisa. Kedua tangan jennie yang melingkar di pinggang lisa mengerat, membuat lisa mengerti jika jawabannya adalah 'benar'

"Makanya jangan di pukul lisa bilang. Kan ngilang beneran lisanya" ucap lisa

Jennie memukul pinggang lisa pelan, takut ngilang lagi kalo kenceng mukulnya.

"Aku bau ga?" Tanya jennie, dia kurang pede karena belum mandi

Lisa memberi jarak dari tubuh jennie untuk melihat wajah sahabatnya itu.
Tersenyum tipis kemudian mencium pipi jennie dekat dengan ujung bibir. "Bau iler" ucapnya

Jennie ga marah di katain bau iler, karena dia tau lisa bohong. Kalo bau, kenapa juga lisa cium dia.

"Buka pintunya aku mau mandi" ucap jennie

"Mandi di rumah kamu aja atuh" ucap lisa.

"Ya udah ayo" ajak jennie

"Lah kenapa sama aku?" Tanya lisa bingung

"Masih kangeun ga mau jauh" ucap jennie. arwah kucing garongnya udah di ambil alih lagi sama kucing manja.

"Hmmm berlebihan, kurang dari 48 jam ga ketemu aja bilang kangen, sebulan kemarin ga ketemu. Biasa aja kayanya" ucap lisa dalam hati. Ada kecemburuan di sana. Yang ga bisa lisa ucapkan ke sahabatnya itu

"Ya udah mandi disini aja" ucap lisa kemudian membuka pintunya.

"Lain kali jangan di tendang tendang pintunya. Bukannya kebuka malah kaki kamu yang sakit". Ucap lisa. Jennie langsung menghentikan langkahnya. Darimana lisa tau

moneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang