chapter 23$ beban jennie

2.1K 280 5
                                    

Happy jenlisa day 🥳💚
💸
💲
💲
💲
💲
💸













"Beri aku pelukan" ucap jennie sambil merentangkan kedua tangannya. Lisa yang sedang berdiri di balkon menoleh ke belakang. Dimana sahabatnya itu sedang tersenyum manis padanya.

Lisa mendekat kemudian memeluk pinggang jennie. Sedangkan kedua tangan jennie mengalung di lehernya.

Lisa sebenarnya masih kesel ke jennie, pekerjaan nya masih banyak dan harus rela memberikan waktu nya untuk jennie. Atasannya tak bisa memarahinya karena dia tau siapa jennie. Dan tidak pula dapat mengeluarkan lisa dari perusahaannya, karena kinerja lisa sangat bagus, dia bisa memperoleh data dengan akurat dan nyaris tanpa kesalahan.



⏪Flashback⏩
💸Lisa baru kerja selama 3 bulan💸

Lisa pov;

"Ga usah kerja, waktu kamu buat aku selama 48 jam ini jangan menolak!!" ucap jennie dengan nada yang tak ingin di bantah.

"Tapi, aku masih karyawan baru jen" ucap ku memberi pengertian. Ku lihat jennie meraih ponsel nya dengan terburu.

"Karyawan anda lalisa manoban hari ini tak bisa masuk kerja dikarnakan mau menemani saya" ucapnya pada lawan bicaranya, dan dari kalimatnya, aku tau dia menghubungi bos ku. Aku hanya bisa pasrah dengan kelakuannya.

Ga bisa marah karena hari ini dia seperti banyak beban. Saat ku jemput, dia menangis tersedu di makam kedua orang tua nya. kedua pengawalnya tak bisa membujuk jennie untuk pulang, padahal dia sudah ada di sana sekitar dua jam lamanya. Dia menunduk dengan bahu bergetar, aku tahu dia sedang menahan tangisnya. Dan itu sangat menyakitkan, dulu aku Sering melakukannya. Kepiluan hati di tinggal oleh orang yang paling berharga dalam hidup.
Menangis dalam diam adalah yang paling menyakitkan, hati kita akan sesak seperti di himpit oleh sesuatu yang tak dapat kita enyahkan. "jangan di tahan itu akan menyakitkan" ucapku sambil memegang bahu nya yang bergetar. Dia berbalik kemudian memelukku dengan erat sambil menangis seperti anak kecil yang sedang mengadu pada orang tua karena di sakiti orang lain. Aku mengusap punggung nya supaya lebih tenang.

"Gimana kalo aku di pecat" aku mencari alasan supaya di ijinkan kerja

"Kalau kamu di pecat, Kamu kerja di perusahaanku jadi tangan kananku, atau jadi CEO dari salah satu perusahaanku" tawaran yang menarik bagi semua orang tapi tidak bagiku

"Jadi jurnalis adalah impian ku sejak dulu" jelas ku

"Ya udah, aku beli perusahaan nya saja dan kau jadi bos nya" dengan entengnya dia mengambil solusi, aku tau dia dapat dengan mudah melakukan itu, tapi aku percaya bos ku ga akan pernah mau jual perusahaannya pada siapa pun.

"Aku ga mau jennie, aku ga mau di kasihani, jika kau masih memaksaku aku akan meninggalkan mu" aku terbawa emosi karena jennie terlalu mengatur hidupku. Lagipula aku tak mau membuat jennie dalam masalah nantinya karena tujuan ku. Dulu ayahku bekerja di perusahaan yang sama dengan ku sekarang, perusahaan ini tak besar tapi memilik prinsip tidak memihak satu golongan, dan aku akan memulai nya dari sini untuk mencari keadilan dalam hidupku.

Dia meregangkan pelukannya kemudian menatapku dan berkata
"Jangan ingkari janji mu lisa, kau berjanji di depan abu orangtuaku, kau akan menjadi pendampingku seumur hidup" dia mengingatkanku, dengan nada yang begitu sendu.

Aku ingat janjiku itu, aku ucapkan waktu kematian orangtua jennie. Kami tumbuh tanpa orang tua, meskipun jennie di rawat dengan baik oleh kakeknya dan aku di rawat oleh paman pon saat masih bersama ku. Tapi kami butuh sosok orang tua sebagai pembimbing kami. Aku berjanji pada diriku sendiri tak akan meninggalkan jennie meskipun nantinya jennie memiliki pendamping hidup. Dan perkataan ku tentang meninggalkannya adalah buah dari emosi ku. Nyatanya kami saling ketergantungan.

moneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang