Vote dan komen jangan lupa!
•••
"Bukan, bukan Ayah!"
Jay mengerjapkan matanya bingung, dia melirik jam yang baru menunjukkan pukul lima pagi. Dia lantas menoleh pada Jungwon yang terlihat resah dalam tidurnya, wajah sampai leher istrinya itu berkeringat lebat. Jay mendadak khawatir, sesegera mungkin dia menggoyangkan bahu Jungwon agar pemuda itu bangun dari mimpi buruknya.
"Jungwon. Hei ... Sayang, bangun."
Tidak ada reaksi dari tubuh Jungwon. Jay menepuk-nepuk pipi Jungwon, tapi tetap saja pemuda itu meracau tidak jelas dalam bunga tidurnya.
"Ayah.."
Lihatlah, sekarang bahkan Jungwon terlihat menangis. Seburuk apakah sebenarnya mimpi yang sedang dialami oleh istrinya sampai-sampai terbawa pada dunia nyata? Jay kali ini serius dibuat khawatir, Jay menyingkirkan poni Jungwon dan menepuk pipi pemuda itu sekali lagi.
"Jungwon ... Dek ... Sadar, ya?" Jay mengangkat kepala Jungwon dan mengusap kening pemuda itu perlahan.
Jungwon yang tadinya terlihat resah, sekarang sudah mulai tenang dan bernafas dengan normal seperti biasanya. Perlahan-lahan matanya terbuka dan menatap Jay kebingungan.
"Puji Tuhan, untung kamu bangun."
Jungwon memeluk Jay dengan berlinang air mata. Tangannya gemetar, serta mengeluarkan keringat dingin.
"Kenapa, sayang?" Jay mengelus punggung Jungwon sambil sebelah tangannya mengusak rambut Jungwon pelan.
"Aku takut, Sa.." racau Jungwon dalam pelukan Jay.
"Liat Kakak, kamu tenang." Jay menangkup wajah Jungwon agar menatapnya. Dia mendekatkan wajahnya dan mengecup kedua mata Jungwon, lalu turun ke hidung dan bibir pemuda itu.
"Hesa.." Tanpa sadar Jungwon justru memanggil nama lelaki lain, saat suaminya sendiri sedang khawatir padanya. Bukankah ini terdengar sangat menyedihkan?
Jay terdiam, dia mengulas senyum miris karena Jungwon memanggil nama orang lain dalam kondisinya yang kacau. Hatinya sakit, tapi semua itu dia tutupi dengan baik. Jungwon mungkin tidak sengaja, pikirnya.
"Tarik nafas ... Buang. Rileks, itu cuma bunga tidur, kamu nggak perlu takut."
Jungwon menuruti perkataan Jay dengan menarik nafas, dan menghembuskannya dengan kepayahan. Dadanya terasa sesak, tapi untungnya perlahan-lahan mereda sehingga dia bisa bernafas secara layak.
"Minum?" Jay menyodorkan segelas air putih pada Jungwon yang sudah berganti posisi menjadi bersandar pada kepala ranjang.
Jungwon menerima air dari Jay dan menenggaknya sampai tersisa separuh, Jay mengambil gelasnya dan kembali menaruh gelas itu di atas nakas.
"Udah tenang?" Jungwon mengangguk.
Jay tersenyum dan membelai wajah Jungwon. "Mandi sana, kamu ada kelas jam delapan, kan?"
Mau tidak mau, Jungwon menurunkan satu persatu kakinya ke lantai dan melangkah menuju kamar mandi dengan lesu. Wajahnya tidak menunjukkan semangat di pagi hari, justru cenderung pucat basi.
Tingg!
Unknown number
| Inget perjanjian kita. Lo nggak boleh ha...Sayang sekali teksnya terpotong di bar notifikasi. Jay jadi tidak bisa melihat kelanjutan pesan dari 'nomor tidak dikenal' itu. Apa sebenarnya perjanjian yang sedang Jungwon lakukan dengan orang ini? Apakah sesuatu itu sangat penting sampai dirahasiakan darinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara ; Jaywon (✓)
Fanfiction"Maaf. Aku udah lancang jadiin kamu harapan hidup, Won." *** Jungwon Safi Haningrat, seorang mahasiswa gizi menjalin hubungan dengan Heeseung Sanu Atalarik, lelaki yang terkenal memiliki banyak sisi buruk dan musuh di kampus. Mereka berpacaran seper...