23 : Semisal Tidak Bisa

1.2K 198 5
                                    

Vote dan komen jangan lupa!

•••

Jungwon mencari keberadaan kotak obat sampai membuka seluruh lemari yang ada di dapur. Setelah ditemukan, Jungwon mengacak isinya untuk mencari obat maag atau sejenisnya yang dapat dia minum.

"Ck, nggak ada lagi," sungut Jungwon kesal.

Dia beralih pada kulkas, dulu di rumahnya sang Bunda sering menyimpan obat di dalam kulkas agar tidak lupa. Dan, mungkin saja pembantu di sini juga melakukan hal yang serupa.

Benar saja dugaannya barusan. Jungwon mengambil satu buah tablet dan mengunyah obat itu sebelum ditelan mentah-mentah, dia mengambil air pada gelas dan mendorong sisa obat yang tertinggal di lidahnya.

"Ayo biasa aja, Won," ujarnya pada diri sendiri sambil melangkah menuju ruang keluarga, dimana Jay sudah menunggunya sambil menonton televisi.

"Bibir kamu pucat, kenapa?" tanya Jay saat Jungwon duduk di sebelahnya.

"Maag aku kambuh," jawab Jungwon singkat, lalu memainkan jemari Jay yang ada di atas pahanya.

"Hah? Kamu sakit? Astaga, kenapa nggak bilang? Kita ke rumah sakit sek—"

"Jangan berlebihan, deh. Aku cuma sakit biasa, nggak perlu sampe ke rumah sakit segala."

"Serius? Aku takut kamu kenapa-napa loh.. Kita ke rumah sakit aja, ya?" Jay menampilkan raut khawatir.

"Nggak perlu, Kak.." Jungwon menolak, wajahnya dibuat sedemikian rupa agar Jay percaya kalau dia baik-baik saja.

"Oh iya ... Kita jadi jalan-jalan nanti sore kan, Kak?" Jungwon mengalihkan topik pembicaraan, yang dibalas dengan anggukan dari Jay.

Menghabiskan waktu santai ke Mall terdengar cukup menyenangkan, apalagi sekarang dia bisa membeli apapun tanpa harus memikirkan harga, berterimakasihlah pada Jay dengan hartanya yang tidak pernah habis.

•••

"Ini semua kartu atm aku. Mulai sekarang kamu yang pegang, ya?"

Jungwon yang semula hampir membuka pintu mobil terperangah saat Jay tiba-tiba berkata sambil menyodorkan beberapa kartu ATM-nya.

"Harus aku yang pegang?" Jungwon mendadak ragu, kenapa bisa Jay sebegitu percaya dengan dirinya?

"Itu kan hakmu, secara kamu udah sah jadi istri seorang Jayden," balasnya sambil membuka sabuk keselamatan.

Jay menaruh semua kartu itu di tangan Jungwon dan beranjak keluar lebih dulu meninggalkan Jungwon yang mematung. Jungwon menggenggamnya dan dan memasukkan kartu itu ke dalam saku Hoodienya sebelum menyusul Jay.

"Kamu mau beli apa?"

"Utamanya sih beli baju. Soalnya kan Kakak yang larang Jungwon bawa baju-baju lama di rumah Bunda."

Mereka berjalan beriringan menuju toko baju yang diinginkan Jungwon. Sesekali terselip guyonan atau gombalan dari Jay yang membuat Jungwon kesal dan tersipu malu. Kedekatan mereka menjadi buah bibir para pengunjung lain yang berpapasan.

"Ngomongin kita terus, mereka nggak punya kerjaan banget." Jungwon menggandeng tangan Jay kedalam sebuah toko baju yang terlihat menarik.

"Nggak usah diladenin."

Jungwon mengangguk. Matanya meneliti satu persatu pakaian yang tergantung rapih di hadapannya. Dia mengangkat satu kemeja dan menunjukannya pada Jay.

"Ini bagus nggak?" Jungwon menempelkan kemeja itu di tubuhnya seolah-olah sedang mencocokkan.

Lengkara ; Jaywon (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang