Vote dan komen.
•••
"Kak?"
Jungwon menepuk pundak Jay yang terus melamun sejak keluar dari stan peramal garis tangan, tadi. Sepertinya lelaki itu masih memikirkan perkataan sang peramal yang Jungwon pun tidak tahu apa artinya.
"Ah, ya?" Jay tergagap, dia baru menyadari kalau mereka masih di area kota tua yang ramai oleh pergerakan manusia. Tidak seharusnya Jay mendiamkan Jungwon, tapi kata-kata peramal itu sungguh membuatnya menerka-nerka.
"Kakak keliatan pucat, ayo kita pulang." Jungwon menampilkan gurat khawatir, dia meraba kening Jay untuk memeriksa suhu tubuh lelaki itu.
Jay menggeleng cepat. Sekarang baru pukul tujuh malam, masih banyak waktu untuk bersenang-senang bersama dengan Jungwon lewat berbagai macam hiburan yang ada di sepanjang jalan.
"Selamat malam, para wisatawan yang ada di kawasan Kotu. Izinkanlah kami menghibur anda-anda sekalian dengan beberapa lagu yang akan kami nyanyikan malam ini, silahkan merapat untuk menikmati malam benderang ini dengan lantunan lagu sederhana."
Jungwon melihat dari jarak sekitar tiga meter dari tempatnya duduk. Ada beberapa orang yang membawa speaker dan mikrofon untuk bernyanyi di tengah-tengah kepadatan daerah museum.
Jay melihat raut wajah Jungwon yang penasaran. Lantas Jay berdiri dan mengulurkan tangannya pada Jungwon. Pemuda itu menyambut uluran tangannya dan membiarkan Jay membawa mereka mendekat ke arah seniman jalanan yang sedang memilih lagu untuk diputar dan mereka nyanyikan.
"Oke, lagu pertama ini karena berhubungan sekarang malam minggu.. Kita mau kasih lagu yang bucin, ya!"
Orang-orang mulai berkerumun membuat sebuah lingkaran disekitar mereka. Jay semakin menautkan jari-jari mereka erat, seolah takut Jungwon menghilang di tengah keramaian.
"Tes.. Tes.. Satu, dua, tiga."
Musik pun mulai terdengar setelahnya, disusul suara merdu seorang pria jangkung yang membawakan lagu tersebut di hadapan para pengunjung yang berkerumun.
Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini, inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa
Geloranya hati ini, tak ku sangkaJungwon merasakan sebuah tangan yang memeluknya dari belakang, begitu lembut sampai rasanya Jungwon ingin melayang detik ini juga. Tangan yang tadinya terasa dingin itu sekarang menjadi hangat ketika menyentuh permukaan perutnya dari luar. Apalagi saat Jay menariknya lebih rapat pada tubuh lelaki itu, Jungwon tidak bisa menyembunyikan rona merah yang menghiasi wajahnya.
"Kak? Malu diliat banyak orang."
Jay menaruh dagu di pundaknya dan menggesekkan hidung mancungnya di cekungan leher Jungwon. Nafas panas lelaki ini benar-benar membuat Jungwon bergidik ngeri.
Tanpa memperdulikan ucapan Jungwon, Jay justru semakin merapatkan hidungnya dengan leher Jungwon. Menghirup aroma stroberi yang menguar keluar dengan manisnya.
Terimalah lagu ini, dari orang biasa
Tapi cintaku padamu, luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamuBagian reff lagu pun terdengar, diiringi dengan satu kecupan ringan dari Jay pada lehernya. Seharusnya bisa saja Jungwon marah dan melaporkan Jay ke polisi dengan tuduhan pelecehan. Tapi, jangankan untuk itu ... Jungwon bahkan merasakan tubuhnya melemas karena efek dari kecupan Jay barusan.
"Dek, bisa kalau aku minta ke kamu jangan pernah pergi?"
Jungwon bergeming. Dia masih berusaha mencerna perkataan Jay barusan. Lelaki itu sedang confess padanya? Astaga, apa yang harus dia katakan?!
Beban pada punggungnya semakin memberat, begitu juga pada pundaknya. Jungwon mengernyit dan menolehkan wajahnya. Bisa dia lihat Jay tengah mengigit bibirnya sendiri sambil memejamkan mata. Dilihat dari ekpresi wajahnya ... Jay sedang menahan sakit?
"Kak, kamu kenapa?" Jungwon melepas pelukan Jay dan membantu lelaki itu berdiri tegap dengan menopang tangan Jay pada bahunya.
"Cuma pusing, sama mual sedikit."
Jungwon tidak percaya, bibir Jay terlihat sangat pucat untuk sekedar pusing saja. Pemuda itu teringin untuk menarik Jay menjauh dari kerumunan, tapi Jay selalu menahannya dan mengatakan kalau dia baik-baik saja.
Namun kenyataannya tak sejalan
Tuhan, bila masih ku diberi kesempatan
Izinkan aku untuk mencintanyaTanpa terasa lagu sudah berganti ke judul lain. Lagu Sekali Ini Saja, karya Glenn Fredly mengalun indah memecahkan udara malam Ibukota yang terasa dingin. Tapi tak lagi dingin jika ada seseorang terus memelukmu erat dari sisi belakang.
Kali ini Jungwon benar-benar menarik Jay keluar dari kerumunan. Mereka kembali duduk di tempat sebelumnya, sekali lagi Jungwon harus menahan nafas ketika Jay menyandarkan kepalanya di pundak.
"Mas, mau airnya satu." Jungwon memanggil seorang pedagang yang lewat di hadapannya. Saat Jungwon ingin membayar menggunakan uang dari dompetnya, Jay menahan pergerakan Jungwon dan membayar menggunakan selembar uang pecahan seratus ribu dari saku jasnya.
"Kembaliannya ambil aja, Mas," sela Jay sebelum pedagang itu mencarikan kembalian untuknya.
"Aduh, maturnuwun ... Semoga gusti Allah memudahkan jalan kalian jika memang berjodoh."
"Eh?" Jungwon merasa keberatan dengan perkataan pedagang tadi. Darimana dia tahu kalau mereka berdua berpacaran? Apalagi sampai mendoakan seperti itu.
"Udah mau hujan ... kita pulang aja yuk, Dek?"
Jungwon mengangguk dan berjalan di samping lelaki itu karena takut Jay tumbang di jalan. Pasalnya Jay terlihat sangat lemas hingga harus bertopang pada tubuh Jungwon untuk berjalan.
"Kakak masih kuat nyetir?" tanya Jungwon setelah Jay masuk ke mobilnya yang ada di area parkir. Sedangkan Jungwon masih berdiri disamping Jay dengan pintu mobil yang terbuka.
"Masih--" Jay menutup mulutnya dengan tangan. Sial, kenapa disaat seperti ini justru dia merasakan mual?
"Kakak keringetan banget. Sebenarnya Kak Jay kenapa, sih? Belum makan?"
Jay tersenyum kecil saat Jungwon menampilkan gurat khawatir sambil mengelap keringat di kening dan lehernya. Ada satu perasaan yang menanti untuk keluar dari bibirnya, tapi masih terlalu ragu untuk diungkapkan. Bolehkah Jay berharap lebih tentang perhatian Jungwon padanya hari ini?
"Buka jas Kakak."
"H-hah?"
•••
Dirty mind~
(+) Bab ini dibuat waktu era-eranya lagu cinta luar biasa, ya. Jangan heran 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara ; Jaywon (✓)
Fiksi Penggemar"Maaf. Aku udah lancang jadiin kamu harapan hidup, Won." *** Jungwon Safi Haningrat, seorang mahasiswa gizi menjalin hubungan dengan Heeseung Sanu Atalarik, lelaki yang terkenal memiliki banyak sisi buruk dan musuh di kampus. Mereka berpacaran seper...