- Jangan dibuang dari library, dibaca dulu sampai selesai.
***
"Adek? Kamu lagi ngapain?"
Eunha datang ke kamar Jungwon, di tangannya terdapat sebuah nampan berisi sarapan yang sudah ia masak khusus untuk Anaknya. Eunha memang beberapa hari ini menginap di rumah Jay dengan alasan khawatir akan kondisi Jungwon yang sedang hamil besar.
Jungwon menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Eunha. Dia menepuk-nepuk sisi ranjang di sampingnya, mengode Eunha agar duduk bersebelahan dengannya. Sang Bunda mengulas senyum tipis dan duduk, kemudian membiarkan Jungwon memeluknya dari samping begitu erat.
"Maafin Jungwon kalau selama ini nyusahin Bunda, ya? Sebentar lagi Jungwon juga jadi Ibu, Jungwon tiba-tiba takut.."
Eunha balas memeluk Jungwon. "Takut kenapa, hm? Anak Bunda udah besar sekarang, pasti bisa jadi Ibu yang baik kok."
"Jungwon sering repotin kalian. Sering lupa minum vitamin, sering nangis nggak jelas, suka marah-marah dan bentak kalian terus."
Eunha tersenyum manis dan mengelus kepala Jungwon. "Bunda sama sekali nggak ngerasa direpotin sama kamu. Berhenti berpikiran negatif tentang kami semua, ya?"
Jungwon mengangguk, tapi kemudian meringis saat rasa nyeri perlahan menyebar.
"Bunda.." panggilnya pada Eunha.
"Kenapa lagi?"
Jungwon menggigit bibir bagian dalamnya kuat-kuat untuk menahan ringisan, sembari kedua tangannya mencengkeram erat seprai yang diduduki mereka berdua.
"Punggung Jungwon pegal, perut Jungwon juga sakit banget," ujarnya lirih.
Eunha melihat gelagat anaknya yang begitu aneh, hampir mirip seperti saat dirinya melahirkan dulu. Wajahnya pucat, tubuhnya mendadak lemah dan nyaris tak sanggup berbicara.
Eunha menopang tubuh Jungwon dan menuntun Jungwon untuk mengambil nafas dengan benar. "Nggak apa-apa, sayang. Ini hari yang kamu tunggu-tunggu.." bisiknya lembut.
"BI ASTRI! PAK KIRMAN!" teriak Eunha lantang. Disusul kedatangan kedua orang itu yang terburu-buru.
"Tolong bantu saya bawa Jungwon ke mobil. Sepertinya dia mau melahirkan sekarang."
Bi Astri dengan sigap membopong tubuh Jungwon dari sisi yang satunya. Sementara Pak Kirman berlari untuk menyiapkan mobil dan menyuruh security membukakan gerbang yang menjulang.
"Bunda uhhh."
"Jangan banyak bicara, Dek! Kamu nafas aja susah."
Jungwon menggeleng pelan di atas paha Eunha yang dijadikan bantalan untuk kepalanya. "Jay.. Telfon Kak Jay akh!"
Eunha rasanya ingin menangis, melihat wajah Anaknya yang dibanjiri keringat dan air mata di setiap sudut matanya. Pasti Jungwon berusaha mati-matian menahan rasa sakitnya sendiri.
"Tolong lebih cepat lagi, ya, Pak," cecar Eunha pada Pak Kirman di kursi kemudi.
Eunha mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi Jay. Namun, panggilan itu selalu tidak terjawab, tersambung pun juga tidak. Dilihatnya lagi Jungwon di pangkuannya yang terlihat tenang dengan mata terpejam rapat.
![](https://img.wattpad.com/cover/293200239-288-k889968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara ; Jaywon (✓)
Fanfiction"Maaf. Aku udah lancang jadiin kamu harapan hidup, Won." *** Jungwon Safi Haningrat, seorang mahasiswa gizi menjalin hubungan dengan Heeseung Sanu Atalarik, lelaki yang terkenal memiliki banyak sisi buruk dan musuh di kampus. Mereka berpacaran seper...