"Bang*sat!"
"Chill, ngambek mulu ih!" Arjuna menatap Kalingga dengan sorot sengit. Tranggana yang tidak bisa menahan tawa sudah terbahak-bahak sambil memukuli meja beberapa kali.
Abin tersenyum masam. Mengatup bibirnya agar tak tertawa lepas. Ia masih menjaga image cool-nya sebagai ketua kelas. Sedangkan Bayanaka, menekuk alis bingung. Dari jarak beberapa meter di mana aku duduk, Arjuna dan teman-temannya sedang ada ribut-ribut kecil.
"Ck! Awas aja lo. Nggak gue traktir lagi," Arjuna mendengkus sebal, Kalingga terbelalak. Laki-laki itu menahan lengan temannya agar tidak beranjak pergi.
"Memang ada apa, sih?" tanya Bayanaka setengah berbisik pada Abin.
"Itu ... semalam katanya mereka nginep di rumah Tranggana. Terus si Kalingga bajak ponselnya si Arjuna. Kirim pesan yang nggak-nggak sama orang," jawab Abin tak kalah berbisik.
Tranggana mengatur napasnya yang terasa pengap. Saking lucunya, Tranggana sampai meneteskan air mata. Dan itu berhasil membuat emosi Arjuna kian memuncak.
"Jun, lo ketua paling ganteng, deh! Jangan gitu, dong! hampura atuh...."
"Udah Jun, kick aja si Kai dari geng kita!" Tranggana mengompori.
Kalingga lantas menoleh memandang Tranggana dengan tatapan melotot, "Itu ide lo juga ya, anjir! Lo dukung juga! Kecuali kalau lo larang." Kalingga bersungut kesal.
Tranggana dengan sengaja menjulurkan lidahnya, "Bodo amat! Yang ngetik kan tetap lo!"
Abin mengembuskan napas panjang, "Udah, kalian bukan anak kecil."
"Tampang aja lo sangar, Jun. Digituin ngambek kayak perempuan," tambah Bayanaka sembari terkekeh pelan.
Arjuna berdecak. Menepis tangan Kalingga dari lengannya. Aku lantas mengalihkan pandangan ke depan papan tulis yang masih kosong. Namun beberapa detik kemudian, laki-laki dengan tangan kekar itu berdiri di hadapan.
Menumpu badannya dengan kedua tangan di atas mejaku, lalu mengatakan sesuatu yang saat itu juga ingin ku sumpah serapahi.
"Jangan kepedean. Semalam bukan gue yang kirim pesan gitu ke lo."
"Ya--"
"Ciee! Ngajak beneran ya, Jun?!"
Lagi-lagi suara keras Tranggana dari barisan paling pojok membuat kami menoleh bersamaan. Dalam menit yang sama, Arjuna melempar tip-x milikku hingga terkena orang yang berseru barusan.
Tranggana di sana mengaduh seraya mengelus keningnya.
"Ah, An orangnya?" guman Bayanaka.
Birai yang baru datang mengerjap bingung. Bukannya segera duduk di sebelahku, gadis itu malah mendorong Arjuna agar bergeser dari hadapanku. Kini bukan suara segerombol laki-laki di sana, melainkan berganti dengan suara melengking Birai yang berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUDIRE [✔]
Fanfiction"Sama seperti tujuanku kala itu. Ingin tetap di sisimu. Tapi sepertinya, Tuhan kabul doaku yang ingin pulang untuk tenang. " *** Sering dijadikan bulan-bulanan teman sekelas, dijauhkan, kerap mendapatkan omelan, dan selalu dibanding-bandingkan, mem...