Prolog

16.6K 691 1
                                    

Devant Vous Pouvez

Remaja itu baru saja menginjak usia 16 tahun. Wajahnya manis, dengan senyum kotak yang mengingatkan pada beruang kecil—hangat, tapi kini jarang terlihat. Senyum yang dulu bisa membuat siapa pun terpikat, kini seakan menghilang bersama kepingan masa lalunya yang hancur. 

Ia memilih kabur dari mansion tempat ia dibesarkan. Bukan karena benci, tapi karena di sana, ia tak pernah benar-benar merasa dicintai. Ke mana pun ia melangkah, selalu ada batasan, selalu ada aturan. Dan yang paling menyakitkan, kasih sayang yang ia harapkan terasa begitu jauh, seolah-olah tidak pernah ada. 

Namun, bukan itu yang paling menyiksanya. Ada satu bayangan yang terus menghantui—detik-detik saat Mommynya terjatuh di hadapannya, tubuhnya bersimbah darah setelah sebuah peluru menembus dadanya. Ia masih bisa mendengar suara letusan itu, masih bisa merasakan dinginnya tangan sang ibu yang perlahan kehilangan nyawa. Dan di sampingnya, Daddynya terkulai lemah, tak berdaya. 

Setiap kali trauma itu menghampiri, ia merasa sesak, seakan tenggelam dalam lautan kepedihan yang tak berujung. Orang-orang mencoba menolongnya, membawanya ke psikiater, berharap bisa menyembuhkan luka yang tak kasat mata. Tapi ia menolak. Ia marah. Ia memberontak. Karena bagi dirinya, tidak ada yang bisa mengembalikan apa yang telah hilang. 

Dalam pelariannya, ia terus bertemu orang-orang baru, orang-orang yang memperkenalkannya pada dunia yang berbeda. Dunia yang lebih keras. Dunia yang mengajarinya untuk bertahan tanpa harus bergantung pada siapa pun. 

Namun takdir mempermainkannya. Saat ia mengira sudah bebas, Daddynya menemukannya—di sebuah bar, dikelilingi asap rokok dan gelas-gelas alkohol. 

Ia bukan lagi anak polos yang dulu selalu mencari perhatian. Ia telah berubah. 

Kini, di usianya yang masih labil, ia telah mengenal dunia bawah. Dan tanpa disadari, perlahan ia mulai kehilangan dirinya sendiri. Senyum manisnya yang dulu tulus kini hanya topeng, dan hatinya yang dulu rapuh kini membatu, menjadikannya sosok yang bengis.

' (𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang