Chapter 39

1.2K 95 6
                                    

Sinar cahaya matahari masuk melalui celah tirai tipis tersebut.

Di ruangan yang asing nan gelap tersebut, hanya ada suara umpatan sampai erangan dari seseorang yang tak lain adalah Vous.

Bagaimana tidak, saat ia membuka matanya, ia dikejutkan dengan gesekan rantai di pergelangan kakinya.

Dan tangannya pun di rantai panjang di samping ujung ranjang, seperti akan di mangsa hewan buas.

"Lepas Brengsek!!!"

Sungguh kasihan mendengar suara tuan mudanya yang berteriak sedari tadi, namun apalah daya mereka tak berani melakukan apapun.

"Sialan! Siapa yang memasang barang sialan seperti ini akhh"

"Shhh... Dasar iblis.. sakit banget, sial!" Desis Vous

Vous kembali menatap lurus, dan alangkah terkejutnya saat ia melihat Evan yang tengah bersandar pada pintu yang tertutup dengan tangan terlipat di bawah dada.

"Mau apa kau!?"

Evan tak menggubrisnya, ia hanya datang dengan tujuan ingin memberikan adiknya itu salep pada lukanya, sarapan pagi, dan juga obat.

"Diamlah boy, aku bukan Elvan yang akan menjawab semua pertanyaan gila mu itu"

Vous menatap was-was pemuda yang tengah duduk di samping kanannya dengan tangan kanan yang menyentuh pipi kirinya.

Evan dengan sangat hati-hati membuka setiap borgol rantai yang mengikat pergelangan tangan dan kaki adiknya itu.

"Makan terlebih dahulu"

Vous tak bisa membantah sekarang, kepalanya sangat pusing bahkan ia seperti berputar di ruangan itu.

"Minum susunya, dan juga obatnya"

Vous memandang obat yang sering ia konsumsi, namun kenapa dia memberikannya obat itu?

"Jangan hanya dilihat, minum"

Vous bergeming lalu mengambil satu kapsul obat di telapak tangan Evan dan memasukkannya ke mulutnya, lalu di susul meneguk segelas susu putih tersebut sampai tandas.

"Anak pintar" ujar Evan dengan mengacak surai coklat Vous

Evan berdiri dengan membawa kembali nampan kaca berisi mangkuk dan gelas kosong.

"Tetaplah di sini sampai Elvan kembali"

Vous tak menjawab, ia menghela nafas lelahnya, memang benar menghadapi orang gila akan hanya membuatnya lelah.






















Di malam hari yang sejuk ini, ada sesosok remaja yang tengah duduk di duduk di atas tempat tidur dengan bersandar pada kepala ranjang.

Pandangannya masih saja lurus, ia mencoba menutup matanya dengan kedua tangan dilipat dibawah dada.

Ia memilih untuk tidur daripada menunggu Elvan yang mungkin belum pulang dari kampus.

Di sisi lain, di kediaman Hayden, mereka tengah sibuk dengan urusan mereka untuk menyusun rencana membawa adiknya kembali pada mereka.

"Bukankah kita langsung mengajak Vous pulang kak?" Tanya Virgo

Key menggeleng, "Dasar bocah, mereka itu tak kenal dengan alasan, mereka butuh alsan yang logis untuk diterimanya"

Virgo paham sekarang, bagaimana ia bisa di marahi Ray karena berbohong.

"Ray... Kak Ray? Iya kak Ray, aku tau, kita bisa mengambil kembali Vous dengan bantuan kak Ray" ujarnya membuat mereka terkejut di saat Virgo berucap dengan antusias

Bahkan pemuda yang namanya disebut pun terlonjak kaget, ia baru saja menginjakkan kakinya ke dalam mansion dan sudah hampir membuatnya pergi menginap di rumah sakit.

"Ada apa? Kenapa dengan Vous?" Tanya Ray bingung

Ken menepuk sofa kosong di sampingnya, dan dengan patuh Ray menurut saja untuk duduk di samping kakak sulungnya.

"Ray tadi dibawa oleh Evan ke mansion Declite, sekarang kita sedang menyusun rencana untuk membuat Vous kembali" ujar Ken

Ray menatap Ken bingung, "Bagaimana bisa? Apa tidak ada orang yang menjaga?" Tanyanya

Ken tersenyum tipis, "Ada, tapi memang mereka ingin Vous ke mansion Declite untuk sementara waktu" jawab Ken

Ray menggelengkan kepalanya bingung, "Elvan saja kemarin habis tertembak oleh peluru kakaknya sendiri, bagaimana dengan Vous?" Ucap Ray tanpa sadar

"Besok aku akan pergi ke Denmark untuk pekerjaan penting, dan aku akan kembali dua hari lagi, lalu kita jalankan misi kita" ujar Key

Key memang sudah merencanakan itu kemarin, ia bingung harus memilih antara adik ataukah pekerjaannya.

"Baiklah, buat permohonan dan meminta timbal balik pada mereka" ujar Ray datar

"Untuk?"

"Pikirkan baik-baik, aku akan ke kamar dulu" pamitnya

'buat permohonan dan meminta timbal balik pada mereka' ucapan Ray barusan membuat Ken mencernanya baik-baik.

"Pembunuhan"

' (𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang