Setelah acara pengusiran Hino yang gagal, kini Vous harus rela diperiksa oleh sang dokter, Hino.
Tidak ada satu orang pun di dalam kamar Vous selain Hino.
Kini, tatapan Hino yang semula datar kini menjadi gelisah, entah ada apa pun Vous belum mengetahuinya.
"Bang, lu ngapain masih diem?"
"Huh? O-oh nggak, bentar aku panggil Daddy mu dulu"
Ada yang aneh?. Batin Vous
Sebelum melangkah, pergelangan tangan Hino sudah di cegah oleh Vous terlebih dahulu, bahkan Hino nampak sangat terkejut saat tangan Vous mencegahnya.
Dengan berat hati Hino kembali menghadap Vous dengan sedikit senyuman.
"Jangan berbohong!" Tegur Vous halus
Glek
Hino tak tau lagi apa yang harus ia lakukan sekarang, ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Vous.
"Ada apa hey? Aku hanya ingin menyampaikan kondisi mu pada daddymu" alibinya
Tak ingin Vous kembali berbicara, Hino langsung saja melepaskan cengkraman tangan Vous di pergelangan tangannya dan keluar kamar.
AARRGGGGHHH!!!
Maafkan aku Dev, aku tidak bisa memberitahu semuanya padamu. Gumam Hino
Kini suasana di ruang keluarga sangatlah hening, ketegangan terjadi kala Hino sampai di sana, dan duduk di sofa.
"Ada apa sebenarnya?" Ujar Austin
Hino nampak gugup, ia takut salah menyampaikan informasi, namun itu kenyataan nya.
"Begini tuan, menurut diagnosa saya, Devant mengalami Peradangan pada kerongkongan (esofagitis) yang dapat menyebabkan luka, dan-" ujar Hino to the point
Semua orang menatap Hino dengan tatapan membunuh, seperti salah menyampaikan kabar di waktu yang salah.
"Apa yang kau katakan!?" Geram Ray
Belum sempat Hino menyelesaikan ucapannya sudah di balas dengan amarah dari Ray yang membuncah.
"Maaf tuan, tapi memang itu kenyataannya, saya sudah memeriksanya berulang kali namun tetap sama" ujarnya
Aarrgggghhh!!
Sreeettt
Brukh
Pyarrr!
Terjadi perkelahian antara Ray dan juga Hino. Rasa tak terima jika Hino telah mendiagnosa adiknya, dan Hino yang terkejut menerima pukulan dari Ray.
"Ray, sudah hentikan, jangan bunuh dia" cegah Austin
Hanya tinggal 10cm lagi, sudah bisa dipastikan jika Ray pasti akan pingsan, atau mungkin lebih.
Dengan terpaksa, Ray melepaskan cengkraman tangannya dari keras kemeja Hino dan melenggang pergi begitu saja dari sana.
"Pergilah"
Di kamar Vous sendiri, Kini Ray tengah menatap wajah polos nan sendu tersebut.
Vous sendiri tidak tidur, ia hanya duduk bersandar pada kepala ranjang, dengan kepala bersandar pada bantal bundar, dan kedua tangan yang memeluk guling.
Surai coklat Vous selalu saja di belai oleh Ray, walaupun seperti itu, Vous masih saja diam.
"Vous.."
Setetes air mata menetes dari manik indah Vous. Sesak memang, namun ia harus tetap tenang.
"Aku tau kak"
Ray tak lagi diam, ia langsung saja menarik Vous dalam dekapannya, air matanya langsung saja turun mendengar penuturan adiknya.
"Maafkan kakak karena tidak bisa menjagamu, Vous" ujar Ray menyesal
"Tidak kak, kakak tidak perlu meminta maaf, bukan kesalahan kakak yang pasti"
Banyak penyesalan yang pastinya belum bisa di rasakan oleh Vous, namun sudah bisa dirasakan oleh Ray.
Di setiap detik, adalah kehancuran, namun tidak ada yang bisa menghancurkan keluarganya, Pouvez.
KAMU SEDANG MEMBACA
'
Teen FictionSeorang remaja yang merupakan anak tunggal keluarga dari sang ketua mafia, rela hidup sederhana hanya karena tak ingin selalu di kekang. Ia hanya hidup dengan Daddy nya, karena Mommy nya sudah pergi meninggalkannya saat usianya baru menginjak 1 tahu...