"Lepas infusnya, dan juga semua alat medis itu, aku ingin membawa adikku pulang"
Huh!?
Dokter tersebut menatap Key dengan tatapan bingung, ia menoleh ke arah Vous sekilas lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak bisa seperti itu tuan, kondisi pasien masih lemah, jika kalian memaksa untuk membawanya pulang akan berbahaya bagi kesehatannya" jelas dokter tersebut yang menolak halus permintaan Key
Key menatap Ken dengan tatapan mengintimidasi. Seperti meminta pembelaan terhadap Ken atas ucapannya, namun Ken menggeleng, tanda tak mau.
"Biarlah Vous tetap di sini sampai di sembuh, Key" kata Ken memberitahu
Key menggeleng cepat, "Jika dia disini, kita tidak akan bisa mengambilnya lagi" ujarnya
Virgo nampak baru saja memahami sepenuhnya pembicaraan mereka, "Pindahkan Vous ke rumah sakit Daxter, ruang VVIP" ujarnya
Dokter tersebut mengangguk dengan cepat, dan memanggil para suster untuk membantunya.
Kini mereka bertiga sudah keluar, memberi jalan bagi mereka untuk memindahkan Vous ke rumah sakit mereka.
Sekarang mereka telah tiba di rumah sakit Daxter, rumah sakit milik keluarga Daxter, yang dimana Vous merupakan salah satunya.
Di ruangan itu juga terdapat seorang pria bertubuh tinggi dan besar, tengah duduk bersama mereka bertiga di sofa dekat brankar nya.
"Bisakah aku meminta tisu?" Sela Vous
Mereka yang mendengar dengan sigap berdiri dan mengambilkan kotak tisu di nakas, untuk diberikan pada Vous.
Vous dibantu oleh Virgo untuk duduk bersandar pada dinding, dan tangan kanannya mengambil dua lembar tisu dari wadahnya.
Vous sebenarnya ingin muntah, namun berhubung ada mereka, jadi ia tetap diam dan menahannya.
Vous menyingkap selimut tebal tersebut dan menurunkan kedua kakinya. Ia melepas jarum infus yang melekat pada punggung tangannya.
Vous berlari ke kamar mandi kamar inap tersebut dan memuntahkan seluruh isi perutnya. Ia sangat tak suka dengan apa yang mereka berikan tadi.
Vous kembali lagi namun sekarang ia disambut dengan tatapan mengintimidasi dari mereka semua.
"Kamu kenapa?" Tanya Ken
Vous menggeleng, ia duduk di sofa dengan lemas. Detak jantungnya berdetak kencang, ia takut jika akan kambuh kembali.
Cklek
Seorang dokter datang, namun bukannya berkata apapun, ia justru bergegas menghampiri Vous yang tengah mengatur nafasnya.
"Tuan muda, tenanglah, atur nafas dengan tenang" ujar dokter tersebut
Vous menggeleng, "Sesak, kumohon.. pergilah.." tolaknya pada Ken yang ingin membantunya
Dengan berat hati, mereka akhirnya keluar dengan amarah yang memuncak. Membiarkan Vous diperiksa lebih lanjut oleh dokter.
Sekarang hari sudah pagi, namun saat Vous membuka matanya, ia tak melihat ada siapapun di ruang inapnya.
Lima belas menit berlalu, ada suara langkah kaki yang sangat tak asing baginya, ia harap itu adalah Daddy dan kakaknya.
Cklek
"Daddy!"
Ya, Austin datang bersama Ray dengan tergesa-gesa, ia bahkan bisa seperti mayat hidup jika saja melihat Vous masih tetap terbaring lemah.
Austin langsung saja memeluk Vous yang kini sudah duduk dengan merentangkan kedua tangannya. Di susul oleh Ray yang bergantian memeluk Vous.
"Siapa yang memindahkan mu ke sini, boy?" Tanya Austin setelah Ray dan Vous selesai berpelukan
"Kakak" jawab Vous berbisik
Austin menegang seketika, ia tak menyangka mereka akan kembali begitu cepat, bagai panah yang melesat tepat pada sasaran.
"Ray, jaga adikmu sebentar" Ray mengangguk
Sebelum jauh langkah Austin, kini Vous memanggilnya lagi, yang membuat Austin kembali berbalik badan.
"Ada apa, boy?" Tanya Austin
"Daddy Ar ada di ujung lorong ini, kumohon jangan tinggalkan aku"
Austin mengurungkan niatnya untuk menghampiri Arthur, ia langsung saja kembali memeluk Vous dengan erat.
"Mereka ingin membawaku dad hiks, aku tak mau bersama mereka huwaaa"
Ray hanya bisa menghela nafasnya pasrah, ia bukan siapa-siapa di sini, ia hanya sebuah figur yang dekat dengan tokoh utama.
"Tenanglah boy, mereka juga kakak dan orang tua mu, jangan seperti ini ya" ujar Austin menenangkan
Vous menggeleng, "Tidak, jika memang iya, kenapa mereka baru datang sekarang" bantah Vous
Cklek
KAMU SEDANG MEMBACA
'
Teen FictionSeorang remaja yang merupakan anak tunggal keluarga dari sang ketua mafia, rela hidup sederhana hanya karena tak ingin selalu di kekang. Ia hanya hidup dengan Daddy nya, karena Mommy nya sudah pergi meninggalkannya saat usianya baru menginjak 1 tahu...