-pouvéz-
"Kita ke rumah sakit sekarang!" Interupsi dari ArnoldMereka semua langsung saja pergi menuju rumah sakit terdekat
Derap langkah mereka mengundang banyak atensi yang mengarah pada mereka semua
Para suster yang melihat keadaan voús pun langsung berlari mengambil brankar yang tergeletak di sisi tak jauh dari mereka
Mereka mengikuti para suster yang membawa Voús ke arah operasi,
"Harap tunggu di luar tuan, anda tidak diperbolehkan untuk masuk!"
Mereka semua yang ada di luar hanya berharap agar voús dapat berjuang di dalam sana
"Matikan semua handphone kalian!" Perintah Arnold yang langsung di lakukan oleh mereka semua
"Bagaimana ini kak? Bagaimana jika sampai kabarnya sampai ke kak Lino?" Tanya Daren khawatir
Arnold nampak masih diam, ia tak punya cara apapun untuk menghadapi hal ini
"Apa kita rawat kak vé di sini saja? Jangan sampai ada yang tau?" Saran Feldy
Arnold menolehkan kepalanya ke arah Feldy, menurutnya ide Feldy ada benarnya juga
"Lakukan saja" jawab Arnold
Mereka mengangguk mengiyakan perintah Arnold
"Lakukan apapun, agar jangan sampai ada yang tau, terutama kak Ray" perintah Arnold
Mereka mengangguk lagi, mendengarkan perintah Arnold
Sudah malam, dan voús juga sudah di pindahkan ke ruang inap dengan keadaan masih di bius
Mereka melihat perban putih yang melingkar di perut vous, mereka bahkan bisa membayangkan jika itu sangat sakit
Hanya Arnold yang berani menyentuh balutan perban voús
"Maafkan aku Vé, bahkan aku tidak bisa menjaga mu untuk tetap di sampingku tanpa luka sedikitpun" gumam Arnold
Mereka memilih untuk menjauh dari Arnold, mereka tau jika mereka mendengarkan begitu serius, mereka bisa meneteskan air mata, dan mereka tidak mau hal itu terjadi, munafik memang
2.47 AM
Mereka semua terbangun karena ulah bayi daxter yang menangis karena rasa sakit pada perutnya
"Hei Vé, dengarkan aku, tidak masalah jika itu hanya sakit, jangan menangis ya, nanti juga hilang rasa sakitnya" ujar Arnold menenangkan
Voús masih saja menangis, lukanya yang dulu bahkan belum sembuh, ditambah luka lagi di bagian yang sama
"Kakak~" rengeknya
"Tidak ada kak Lino di sini, hanya ada kita" ujar Arnold menenangkan
Voús menatap Arnold dengan tatapan yang sulit diartikan, membuat Arnold bingung
"Apa?", Arnold membungkukkan badanya, ia tau jika voús pasti ingin mengatakan sesuatu namun berbisik
"Kita pulang saja, ada kak Lino di luar kamar!" Bisiknya
Arnold langsung saja menoleh ke arah pintu, ia mengode temannya untuk mengecek keadaan diluar
"Bagaimana bisa dia datang, Vé?" Jawab Arnold pelan
Voús menggeleng, "Ia tau dimanapun aku berada, aku sedari awal sudah tau jika kak Lino datang, waktu kalian diluar ruang operasi, ada kak Lino datang, ia memberikanku kalung miliknya, dan ia bilang ia menungguku, aku hanya ingat itu" jawab Voús lirih
Arnold mengangguk paham. Ia langsung keluar ruangan dengan daren,
Sesampainya di luar, Arnold memilih mengurus administrasi terlebih dahulu, dan benar saja ada Lino yang tengah berdiri menunggunya
"Bagaimana keadaan adikku?"
Arnold yakin jika dia memang Lino, terbukti dari ucapannya yang sangat dingin
"Keadaannya sudah stabil, kak" jawab Arnold
Lino mengangguk, ia memberikan berkas administrasi yang sudah ia isi, kepada arnold, "sudah kakak isi, kembalilah ke ruangan, vé pasti menunggumu"
"Lalu kau?" Tanya Arnold
"Aku akan menunggu kalian di luar ruangan" jawabnya datar
"Kenapa tidak masuk saja?"
"Jangan banyak bertanya, Arnold, kembalilah!"
Arnold hanya bisa menurut, tak ada gunanya juga berdebat dengan Lino.
Di perjalanan ke ruangan voús, Daren bertanya pada Arnold
"Kenapa kau terlihat bingung saat melihat kak Lino?" Tanyanya
Arnold menatap Daren dengan ekspresi bingung, "aku takut salah orang" jawabnya
"Tapi kan itu kak Lino" kukuhnya
"Aishhh.. wajah kak Lino dengan kak Virgo itu hampir sama, apalagi dengan Vé"
Daren tercengang, "aku tidak tau hal itu, bahkan aku baru tau wajah kak lino tadi" jawabnya dengan polos
"Ku pikir kak Lino dan kak Virgo itu satu orang" lanjutnya dengan cengiran bodohnya
"Gue mutilasi Lo ya!" Kesal Arnold
"Punya temen gini amat tuhan!, Benerin kek otaknya!" Gumam Arnold dengan kesal
"Otak lu aja!" Sahut Daren
"Oh udah berani buat bales?? Mau surga apa neraka, eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
'
Teen FictionSeorang remaja yang merupakan anak tunggal keluarga dari sang ketua mafia, rela hidup sederhana hanya karena tak ingin selalu di kekang. Ia hanya hidup dengan Daddy nya, karena Mommy nya sudah pergi meninggalkannya saat usianya baru menginjak 1 tahu...