Cklek
"Daddy kan sudah bilang, jangan terlalu sering beraktivitas, Vous"
Langkah mereka yang sebentar lagi sampai di tempat tidur pun terhenti, dan berbalik badan menghadap Austin yang tengah berbicara
"Tidak dad, aku tadi hanya duduk, bahkan bermain game saja" jawab Vous
Austin yang melihat wajah pucat Vous pun khawatir, ia ingin melangkah mendekati Vous, namun Tangan Vous menghentikan langkahnya.
Tangan Vous langsung saja mendorong bahu Thufail dan juga Lio yang berada di sampingnya.
Click
Pintu kamar mandi terkunci dengan otomatis dari dalam saat Vous kembali muntah
"Boy, buka pintunya"
"...."
Tak ada jawaban, mereka tak punya pilihan lain selain mendobrak, namun pintu itu terbuat dari kaca bukan dari kayu, yang membuat mereka mengurungkan niatnya.
Di dalam kamar mandi, tepatnya di depan wastafel, Vous bersandar di dinding dingin tersebut.
Baju yang semula berwarna hijau tosca bersih, kini menjadi basah karena darah.
Uhuk uhuk
Darah terus saja keluar dari mulut Vous, bahkan wastafel Yang semula putih kini menjadi penuh darah.
"Vous, kamu dengar Daddy kan? Buka pintunya boy"
Dari luar ia mendengar suara Daddynya dengan samar-samar. Rasa ingin menjawab, namun tidak bisa.
Dengan segera ia mencuci mulut dan wajahnya, setelah mengelap wajahnya yang basah, lalu melepas kaos yang dikenakannya, dan mengganti dengan kemeja piyama yang berada di sana.
Kaos tersebut ia masukkan ke dalam tempat pakaian kotor, dan tersenyum ke arah cermin terlebih dahulu.
Click
Vous bisa melihat raut wajah Daddy, dan temannya yang sangat khawatir padanya, namun ia memilih untuk tetap tersenyum daripada harus menangis.
"Bagaimana jika kita ke dokter saja Boy?" Saran Julio
"Tidak om, aku baik kok" tolak Vous
Vous memilih duduk di ayunan rotan, dengan meneguk air mineral yang berada di nakas meja.
"Lebih baik kalian keluar, dan lanjutkan pekerjaan kalian" saran Arnold
Dengan berat hati, para orang tua kini memilih keluar kamar Vous daripada harus melihat Vous yang diam.
Setelah pintu kamar tertutup, kini temannya langsung saja mendekati Vous.
"Lo kenapa? Lo sakit?" Tanya Arnold
Vous menggeleng, ia bersandar di ayunan Rotan tersebut dengan memeluk bantal bundar tersebut. Matanya ia pejamkan, dan kakinya ia angkat karena rasa dingin yang menjalar.
"Bilang sama kita, ús, lu kenapa?"
Terdengar suara Arnold yang seperti marah, namun bagaimana bisa Vous menjawab jika ia membuka mulut saja rasanya ingin muntah kembali.
Vous membuka kembali kedua matanya saat ada benda seperti notebook di atas bantal yang ia peluk.
"Tulis jawabanmu di sana" ujar Devis
Vous akhirnya menurut, agar temannya itu diam. Ia menulis jawabannya di atas kertas bergaris tersebut. Lalu memberikannya kembali pada Devis.
"Lo sakit!?" Pekik Arnold
Vous mengangguk, ia mengambil buku di tangan Devis kembali, dan melanjutkan tulisannya tadi.
"Tapi sakit apa?" Vous mengendikan bahunya
Dan terjadilah keheningan di sana, sampai Vous tertidur di ayunan tersebut.
"Biarkan saja dia tidur, lebih baik kita ke bawah" ujar Devis datar
Semua temannya akhirnya menurut, mereka turun untuk bergabung bersama para orang tua yang berada di sana.
Malam yang dingin ini, Vous sudah mandi, bahkan ia sudah memakai piyama biru tua panjang, namun ia tetap tiduran dengan memeluk guling di sampingnya.
"Vous lu kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Dicky
"Enggak, gue mau tidur" elaknya
Temannya juga ikut duduk di samping Vous, namun Vous tiduran dengan membelakangi mereka.
Cklek
"Biar aku periksa dulu, Dev"
Hino?
Vous terkejut melihat Hino datang ke kamarnya, dan bersama Daddy dan temannya.
"Tidak" tolak Vous
Hino nampak tersenyum sabar melihat Vous, sudah lama ia menangani anak pemberontak di depannya, namun tak pernah melihat sisi lemahnya.
"Dengarkan Abang Dev, nanti jika kau sembuh kau ingin pergi ke fun fair bersama ku kan?" Vous mengangguk
"Maka dari itu, biar Abang periksa dulu ya?" Vous menggeleng
Oh tuhan, Vous kini sedang ingin menangis, tapi kenapa Daddynya ini mengirim monster seperti di depannya ini.
"Daddy!!"
Austin yang melamun pun tersadar saat Vous memanggilnya.
"Apa boy? Jangan berteriak" ujarnya santai
"Usir dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
'
Teen FictionSeorang remaja yang merupakan anak tunggal keluarga dari sang ketua mafia, rela hidup sederhana hanya karena tak ingin selalu di kekang. Ia hanya hidup dengan Daddy nya, karena Mommy nya sudah pergi meninggalkannya saat usianya baru menginjak 1 tahu...