Pagi ini, seperti biasa Vous sudah bangun terlebih dahulu daripada yang lainnya.
Vous nampak begitu dingin hari ini, bahkan tak ada senyuman yang tercetak di bibirnya, hanya raut datar atau mungkin tanpa ekspresi.
Dan kini, Vous tengah berdiri di depan pintu balkon yang terbuat dari kaca tersebut, dengan kedua tangan bersilang di bawah dada. Ia hanya mengenakan pakaian kasual yang biasa ia kenakan saat ingin pergi.
Click
Vous menoleh melihat siapa yang masuk ke kamarnya, dan benar saja, yang datang adalah Bobby, dengan membawa nampan kaca berisi sepiring makanan, segelas susu dan obat
"Oh maaf tuan muda, saya ingin membangunkan Anda, tapi anda-"
"Tidak masalah" potong Vous
Bobby terdiam melihat Vous yang juga diam menatapnya. Bukan apapun hanya saja, Bobby tidak pernah melihat Vous sedingin ini.
"Ada apa? Kau butuh apalagi?" Tanya Vous
Bobby tersadar dari lamunannya, dengan segera ia meletakkan nampan kaca tersebut ke nakas meja sampingnya, lalu keluar dengan menutup pintu.
Vous masih termenung, ia menatap kepergian Bobby dengan tatapan sendu. Ia yakin tak ada orang di mansion ini.
Setelah sarapan, Vous memilih keluar kamar, dengan perlahan ia membuka pintu kamarnya, namun tidak menemukan siapapun juga.
"Sudah aku duga sebelumnya, tidak akan ada seorang pun di sini, sungguh, aku ingin membakar mansion ini, namun sayang karena yaa.. ini mansion milik Daddy ku, dan semua kenangan ada di sini" gumamnya
Mansion yang sepi, hanya ada para bodyguard yang berjaga di setiap sudut ruangan, dan juga para maid yang bekerja.
"Dimana Bobby dan yang lain?" Tanya Vous
Semua orang di sana menghentikan aktivitas mereka, dari yang membersihkan meja sampai yang mengobrol dengan lirih.
"Bobby? Dia pergi bersama Tuan besar, dan tuan Ray... Dia pergi untuk pekerjaan kantor nya mungkin mereka akan kembali nanti malam tuan" jawab salah satu bodyguard
Vous hanya menganggukkan kepalanya, ia memilih pergi ke dapur daripada diam seperti patung melihat para pekerjanya bekerja.
Semua koki di dapur yang sebelumnya nampak duduk beristirahat bersama kini langsung saja berdiri dengan tergesa-gesa, saat melihat Vous masuk ke dapur.
"Apa?"
"Maaf tuan muda, ada yang bisa kami bantu?" Tanya salah saku koki
Vous nampak menatap koki tersebut dari atas hingga bawah, lalu menggelengkan kepalanya.
"Berikan aku Whisky, Vodka, dan juga Cocktail"
Semua koki nampak mengernyitkan dahinya bingung, mereka masih saling bertatapan sebelum akhirnya mengambil apa yang Vous inginkan.
"Ini tuan"
Koki tersebut meletakkan ketiga botol kaca tersebut di samping Vous yang tengah melamun dengan membersihkan gelas dengan tisu.
"Berikan aku bubuk mint dan juga lemon" ujarnya
Para koki di sana hanya menuruti perintah Vous, mereka sebenarnya ingin bertanya namun takut tuan mudanya marah.
Vous mencampur setiap isi dari botol kaca tersebut sebelumnya ia sudah menambahkan bubuk mint di dalam gelas tersebut.
Setelah selesai, Vous memilih duduk di kursi bar dengan meneguk minuman yang ia racik. Tangan kanannya masih menggenggam lemon yang utuh.
"Maaf tuan muda, lalu lemon nya?"
Vous menoleh, seakan tak faham dengan apa yang dimaksud oleh koki tersebut, Vous mengerutkan keningnya bingung.
"Itu lemon di tangan anda, apa tidak guna?" Ulang koki tersebut
Vous mengikuti arah pandangan koki tersebut yang mengarah pada buah lemon yang masih di genggaman tangannya.
"Tidak"
Setelah mengatakan itu Vous meletakkan kembali buah lemon di meja, dan membiarkan koki tersebut mengambil buahnya lagi.
"Kalian semua duduk, aku ingin bertanya dan berbincang sesuatu"
Mereka sudah berkeringat dingin bahkan bisa dipastikan jika sebentar lagi ada pengadilan dadakan dari Vous.
Tanpa pengulangan, mereka langsung saja duduk di depan Vous secara urut.
"Apa kalian ingin mencoba minumanku?"
Mereka saling menatap satu sama lain, sebelum mereka menggeleng secara serempak.
"Cobalah"
Vous menuang minuman yang ia racik di dalam wadah kaca seperti teko ke dalam gelas kecil, yang biasa dipakai.
Sebenarnya mereka ragu, namun tetap mencoba, mereka tak berani menolak perintah tuan muda mereka.
"Bagaimana?"
Semua orang nampak langsung saja meneguk air mineral yang berada tak jauh dari mereka secara bergantian.
"Panas tuan muda" ujar mereka
Vous tersenyum, "Ya seperti itulah perasaan ku sekarang" katanya
Hening
KAMU SEDANG MEMBACA
'
Teen FictionSeorang remaja yang merupakan anak tunggal keluarga dari sang ketua mafia, rela hidup sederhana hanya karena tak ingin selalu di kekang. Ia hanya hidup dengan Daddy nya, karena Mommy nya sudah pergi meninggalkannya saat usianya baru menginjak 1 tahu...