Aku pernah mengharapkan kebahagiaan bersamamu
Namun nyatanya kesakitan itu nyata untuk ku rasakan
Aku menyerah meninggalkan asa
Karena memperjuangkan mu ternyata hanyalah sesuatu yang sangat sia-sia-----
Hati ini lagi-lagi bersorak untuk pergi menjauh namun nyatanya raga ini tak berkutik sedikit pun saat matanya melihat pemandangan yang membuat hatinya iri.
Dia,,, wanitanya yang sudah menjadi milik orang lain seharusnya dirinyalah yang berada di sampingnya tersenyum bahagia menyambut sang buah hati namun lagi-lagi itu hanyalah mimpi yang takkan bisa tergapai meski ia berjuang mati-matian untuk memilikinya kembali.
Sakit, ya memang sakit namun dia sendiri sumber dari bencana yang menyakitkan ini, dialah orang yang sukses menghancurkan masa depannya sendiri dan dialah orang yang paling terkutuk di dunia ini.
Kenzo akui itu meski masa lalu bagaikan lembaran usang yang dengan terpaksa ia simpan rapat namun ternyata rasa itu masih membekas di relung hatinya, kepingan-kepingan kenangan masih memutar dengan jelas di otaknya, kini penyesalan yang tak berujung ini sukses menyiksa hari-harinya.
Mata Kenzo tak bisa berpaling dari sosok masa lalunya, kebahagiaan wanitanya bagaikan racun yang siap kapan saja bisa menghempaskan nyawa yang tak lagi berharga untuknya.
Rasanya tangan ini gatal ingin merengkuhnya, bibirnya sudah tak kuasa lagi tuk menahan gejolak ingin mengecup seluruh wajahnya, ia ingin di posisi Rasya saat ini namun lagi-lagi pikiran itu terhempas saat sebelah pipinya merasa dingin oleh sebuah benda.
Kenzo mendongak menatap tajam pada orang yang sudah berani mengganggu fantasinya siapa lagi jika bukan Alvaro.
"Gue tahu apa yang sedang lo pikirkan, nih biar otak lo dingin." Katanya dengan wajah datar menyodorkan sebotol minuman dingin lalu duduk di samping Kenzo menatap ke arah Kenzie yang sedang asik memandang bayi yang baru beberapa jam wanita itu lahirkan.
"Kenapa masih disini? Lo tidak merencanakan sesuatu kan?" Tanya Alvaro seraya menatap Kenzo dengan pandangan menyelidik.
Kenzo mendengus sebal lalu membalas tatapan Alvaro tak kalah tajam.
"Gue sudah berubah." Ucapnya seraya memalingkan pandangannya kembali ke arah Kenzie."Gue gak yakin." Ucap Alvaro seraya menerka-nerka yang ada di dalam otak Kenzo.
"Terserah." Ucap Kenzo dengan pasrah. Ya mana mungkin tega ia merebut kebahagiaan Kenzie meski ia belum bisa move on namun ia sadar jika memang harus seperti inilah jalan takdirnya.
Andai saja anaknya masih hidup mungkin Kenzo akan terus memaksa Kenzie untuk hidup bersamanya namun putranya menyadarkan ia jika apa yang di paksakan ternyata bisa menghancurkan semuanya meski rasa memiliki masih ada.
Sedangkan di samping ranjang Kenzie, Rasya melirik ke arah Kenzo lalu menoleh ke arah istrinya yang masih asik menggendong putranya yang masih berwana merah.
"Siapa pria itu apa dia teman Alvaro sedari tadi dia memandangiku?" Tanyanya pada Kenzie.
Kenzie melirik ke arah Kenzo sebentar lalu mengedikkan bahunya, ia sangat malas menanggapi pertanyaan Rasya, di dalam otaknya hanya ingin mengusir pria tak tahu malu itu dari hadapannya.
"Sayang."
"Hmmm,,," Jawaban Kenzie membuat Rasya beranjak lalu mengambil putranya dari gendongan Kenzie dan di taruh ke dalam box bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tertinggal
General FictionSudah di campakan saat lagi sayang-sayangnya dan sang kekasih menikahi adik kandungmu sendiri. Bagaimana perasaannya???? Double kesialan. Itu yang dirasakan Kenzie Wirawan. Bukan hanya di campakan kekasihnya saja tapi ia juga tidak diharapkan dike...