Kenzie merenung memikirkan masa depannya bukan untuknya tapi untuk janin yang ia kandung. Apakah takdir berkenan tuk memperbaiki masa depan anaknya ataukah akan berakhir terhina seperti dirinya? Kenzie takut tapi ia takkan biarkan anaknya seperti dirinya ia akan berusaha agar anaknya bisa hidup dengan layak meski hanya mendapatkan kasih sayang darinya. Ia akan berjuang agar anaknya tidak merasakan apa yang Kenzie rasakan, ia akan berusaha untuk melindungi anaknya.
Kenzie tidak bisa menyalahkan takdir atau menyalahkan kehadiran janin yang ada di perutnya, ini bukan salah anaknya tapi salah dirinya yang tidak bisa menjaga kehormatannya. Ingin rasanya ia meluapkan kemarahannya, kekecewaannya, kekesalannya, kesialannya tapi itu tidaklah merubah apa yang sudah terjadi di hidupnya.
"Maafkan aku, tapi aku janji akan selalu menjagamu nak, jangan salahkan aku jika kau sudah mengerti nanti dan jangan menyesali karena telah lahir dari rahim wanita hina sepertiku!" Lirihnya setetes air mata jatuh di pipi Kenzie, tangannya mengelus perut ratanya dengan lembut.
Beberapa menit terdiam Kenzie baru mengingat Alvaro lelaki yang mau menikahinya beberapa minggu lagi. Ia menatap cicin pertunangannya yang masih terselip di jari manis, Kenzie pun melepaskan lalu menaruh di atas meja rias, ia mengambil selembar kertas dan amplop di dalam tas lusuh miliknya lalu menulis sesuatu setelahnya Kenzie masukkan kedalam amplop bersama cincin tersebut. Ia akan kembalikan kepada pemiliknya karena ia sudah tak pantas melanjutkan pernikahan ini mungkin dari awal memang ia tak pantas berdampingan dengan Alvaro.
"Ehem.." Suara deheman mengagetkan Kenzie yang sedang melamun.
"Eh kak.." Kenzie masih merasa canggung dengan lelaki yang sudah sudi membantunya.
"Jangan sering-sering melamun tidak baik untuk ibu hamil, ayo kita makan siang dulu Ersya sudah menunggu di meja makan tuh!" Setelah mengatakan itu Rasya keluar menuju meja makan.
Kenzie hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Rasya dari belakang, ia merasa tidak enak di perlakukan seperti ini sedari pagi ia hanya diam di kamar tidak melakukan apapun.
"Ibuu..." Seru Ersya dengan semangat lalu turun dari kursi yang tadi di dudukinya menarik kursi yang ada di sebelah untuk Kenzie duduki.
Kenzie tersenyum memamerkan gigi putihnya ia begitu bersyukur Tuhan mempertemukannya dengan Ersya bocah lelaki tampan yang sangat perhatian padanya.
"Terimakasih sayang.." Kenzie mencium pipi Ersya seraya membelai rambut ikal Ersya dengan lembut lalu duduk berhadapan dengan Rasya.
Rasya memperhatikan wajah putranya yang selalu ceria jika bersama Kenzie, ia mengakui jika Kenzie memberi perubahan untuk Ersya karena sejak bertemu Kenzie, Ersya tidak lagi menanyakan tentang keberadaan ibunya.
Kenzie mengambil nasi bersama lauk pauknya ke piring Rasya lalu ia juga melakukan hal yang sama pada Ersya setelahnya untuk dirinya sendiri. Mungkin jika ada orang yang melihat ini nampak seperti keluarga kecil yang bahagia.
Mereka makan dengan
Tenang sesekali menimpali pertanyaan absurd dari Ersya.----
Kenzo tidak bisa memfokuskan pikirannya ia tampak gelisah di kursi kebesarannya. Berkali-kali Kenzo menghembuskan nafas berat ia tidak kepikiran jika Kenzie akan kabur darinya, mertuanya pun tidak ada yang merasa kehilangan semuanya nampak baik-baik saja seperti tidak terjadi apa-apa.
Ia memang berhasil menggagalkan pernikahan kekasihnya tapi ia juga berhasil membuat miliknya lari darinya.Tok.. Tok.. Tok..
Tanpa di persilahkan orang yang mengetuk pintu itu pun masuk dengan angkuhnya siapa lagi jika bukan Zidan sahabat serta tangan kanan Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tertinggal
General FictionSudah di campakan saat lagi sayang-sayangnya dan sang kekasih menikahi adik kandungmu sendiri. Bagaimana perasaannya???? Double kesialan. Itu yang dirasakan Kenzie Wirawan. Bukan hanya di campakan kekasihnya saja tapi ia juga tidak diharapkan dike...