Aku tak butuh di kenal dunia
Aku tak butuh materi tuk di hormati
Aku tak butuh keramaian tuk mengehilangkan sepi
Aku hanya butuh kedamaian
Ya hanya kedamaian----
Tak terasa sebulan sudah Kenzie berdiam diri di rumah megah bersama orang-orang yang selalu mengawasinya. Ia merasa seperti putri oh tidak tapi layaknya orang sakit parah yang tak bisa bebas untuk melangkah.
Derap langkah kaki menyadarkan orang-orang yang berdiri mengawasi wanita yang hanya berdiam diri di dekat jendela memandang langit yang tampak mendung. Setelah tahu siapa yang masuk kamar para maid yang menjaga Kenzie mengundurkan diri untuk memberi ruang kepada ayah dan anak itu.
"Kau melamun lagi?" Tanyanya mendekati Kenzie yang berdiri di dekat jendela dengan pandangan kosong, ya setelah kejadian tak terduga dan nyaris kandungannya tak terselamatkan menjadikan wanita berperut buncit ini sibuk di dunianya sendiri.
"Daddy?" Kenzie dengan wajah datarnya melihat ke arah Adrian yang sudah berdiri di sampingnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan hmm?" Adrian menatap wajah Kenzie yang bertambah hari semakin layu.
Semenjak kejadian itu Kenzie seperti raga tak bernyawa tanpa ekspresi. Bahkan tanpa Kenzie sadari apapun yang di lakukannya selalu mencelakai dirinya sendiri. Adrian tak bisa lengah sedikitpun karena jika Kenzie di tinggal barang sebentar saja bisa membuat Kenzie celaka bahkan mandi pun harus ada yang membantunya jika tidak Kenzie akan berendam sampai lupa waktu, Kenzie tak bisa melihat benda tajam karena dia bisa melukai dirinya sendiri tanpa merasakan sakit.
Bukan itu saja Kenzie seperti mati rasa makanan atau minuman panas pun ia seperti tak merasakan. Itu yang membuat Adrian mengawasinya 24jam dengan penjagaan ketat. Kenzie tak bisa melakukan sesuatunya sendiri Adrian tak mau putrinya terluka lagi, melihat Kenzie seperti ini pun sukses membuat Adrian merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga sang putri.
Bahkan selama ini Kenzie di tangani psikolog teman dari Adrian yang tak di ragukan lagi kemampuannya tapi tak ada perubahan apapun seakan Kenzie asik dengan dunianya sendiri hatinya tak tersentuh oleh siapa pun. Yang bisa menyembuhkan Kenzie hanyalah dirinya sendiri melawan rasa traumanya. Kenzie tidak lah gila ia hanya trauma begitu banyak kejadian yang membebani pikirannya.
Mungkin Kenzie masih nyaman dengan diamnya bahkan hatinya tertutup rapat.Jika Adrian tak mengingatkan bahwa Kenzie sedang mengandung mungkin Kenzie pun melupakan janinnya yang beberapa bulan lagi akan lahir.
"Daddy?" Panggil Kenzie masih dengan tatapan kosongnya.
"Hmm,, apa kau menginginkan sesuatu?" Tanya Adrian dengan suara lembut seraya menarik Kenzie kedalam pelukannya.
"Daddy, kenapa daddy menolongku?"
"Karena Kenzie adalah putri daddy, maafkan daddy yang datang terlambat." Adrian mengeratkan pelukannya.
"Apa aku pantas jadi putri daddy? Sedangkan kedua orang tua ku saja sudah membuangku seperti sampah!" Ucap Kenzie begitu lirih di dekapan Adrian.
"Jangan berbicara seperti itu sayang, kamu putri daddy kamu adalah berlian yang daddy punya, sekarang dan seterusnya tidak akan ada orang yang menyakitimu. Percayalah,, daddy akan melindungimu nyawa daddy akan jadi taruhannya." Adrian mengelus punggung Kenzie seraya berkali-kali mengecup puncak kepala putrinya.
Kenzie hanya diam tak ada tangisan atau tawa, sedikit senyum pun tak pernah lagi menghiasi bibir pucatnya. Kini hanya ada Kenzie tanpa ekspresi dengan suara datarnya.
Kenzie yang pintar menyembunyikan kesakitannya dengan senyuman kini tak ada lagi hanya ada Kenzie yang putus asa, pasrah dengan keadaan tak ada lagi semangat dalam hidupnya.
"Daddy, aku lelah!" Kenzie menutup matanya perlahan-lahan tubuh Kenzie melemah jika Adrian tak mengeratkan pelukannya mungkin Kenzie sudah ambruk ke lantai.
"Sayang,, hai kamu kenapa? Sayang,, bangun,,,!" Adrian menepuk-nepuk pipi Kenzie, ini yang di takutkan Adrian takut Kenzie akan menyerah dengan kehidupannya. Adrian mengangkat tubuh lemah Kenzie untuk di rebahkan di atas ranjang setelah di rebahkan Adrian baru tersadar jika di lantai terdapat bercak darah sontak matanya melihat ke arah kaki Kenzie dan betapa terkejutnya ia di buatnya.
"ALVARO, TOLONG DADDY." Teriaknya di ambang pintu.
Alvaro yang sedang meminum kopi pun tersedak lalu berlari ke arah daddynya.
"Ada apa dad?" Tanyanya dengan napas memburu lalu melihat kearah Kenzie.
Adrian seperti orang linglung ia hanya terdiam mematung menatap darah yang terus keluar dan merembes ke seprai.
"Apa yang kau lakukan dad, kenapa kau tidak melakukan sesuatu!" Suara geram Alvaro menyadarkan Adrian.
"Cepat dad, kita harus bawa ke rumah sakit." Alvaro sudah mengangkat tubuh lemah Kenzie lalu membawanya keluar.
Seketika Adrian merasa sesak di dadanya. Rasa takut serta khawatirnya membuat susah menarik napasnya.
"Tidak,, tolong selamatkan putriku ya Tuhan." Adrian berlari menyusul Alvaro yang sudah memasuki mobil untung saja Adrian masih bisa mengejarnya.
Tidak butuh waktu lama mereka tiba di rumah sakit yang langsung di bawa ke IGD. Seorang dokter berlari menuju ruangan IGD dengan tegesa-gesa tak acuh dengan orang-orang yang sedang duduk dengan wajah kacaunya.
Saat Rasya mendengar nama pasien ia langsung berlari tanpa pedulikan dokter yang akan menangani Kenzie. Rasya tak peduli wanita itu Kenzie yang di kenalnya atau bukan. Jantung Rasya seakan berhenti berdetak melihat wanita yang tergolek lemah di depannya, wanita yang berhasil mengacaukan hati serta pikirannya, wanita yang sudah berani pergi tanpa sepengetahuannya. Ya dialah wanita yang Rasya cari, dia Kenzie Wirawan. Wanita yang selalu menyuguhkan senyuman teduhnya. Kini kembali dengan keadaan yang berbeda, Kenzienya terbaring lemah dengan selang infus serta alat-alat lain yang di tancapkan di tubuhnya.
Tidak, ini tidak bisa Rasya biarkan. Rasya tak bisa melihatnya lemah dengan wajah tirus serta memucat. Ia rindu keceriaannya, ia rindu senyumannya, ia rindu suara merdunya bukan seperti ini pertemuannya, bukan seperti ini yang ia harapkan.
"Zie__ Kenzie." Panggil Rasya dengan suara parau.
"Dokter, bukannya dokter susan yang menangani ibu Kenzie?" Ucap seorang suster mencegat Rasya yang mendekat ke arah Kenzie.
Rasya menenangkan hatinya agar ia bisa membantu mengambil tindakan terbaik untuk wanitanya.
"Biar saya yang menanganinya dan bantu saya untuk menyiapkan semuanya." Setelah berkata seperti itu dengan hati mantap Rasya melangkahkan kakinya lebih dekat lagi dan bersiap untuk melakukan yang terbaik untuk Kenzie tak lupa Rasya berdo'a agar di lancarkan prosesnya.
Di luar ruangan IGD Adrian merenung memikirkan hal-hal yang membuat ketakutan di hatinya.
"Dad,,," Alvaro merangkul pundak daddynya, ia sangat tahu apa yang di rasakan Adrian. Selama Kenzie tinggal bersamanya tak ada lagi senyuman manis yang menghiasi bibir adiknya itu. Ada luka yang sangat jelas nampak di matanya.
"Apa putri daddy akan baik-baik saja?" Tanyanya masih dengan kepala menunduk.
"Kenzie akan baik-baik saja dad, putri daddy itu wanita kuat dia pasti bisa melewati ini semua." Alvaro mencoba tuk menghibur daddynya meski ia sendiri pun tak yakin dengan yang baru saja ia ucapkan.
Tak jauh dari tempat itu ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan dua orang pria yang berwajah kacau serta pakaian kusutnya.
"Pucuk di cinta ulam pun tiba,,," Bibirnya menyeringai mengerikan bagaikan iblis, begitu banyak hal licik yang sudah terpatri di otaknya.
================================
Komen yah klo ada typo
Otak sy buntu mau di bawa kemana nih cerita😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tertinggal
General FictionSudah di campakan saat lagi sayang-sayangnya dan sang kekasih menikahi adik kandungmu sendiri. Bagaimana perasaannya???? Double kesialan. Itu yang dirasakan Kenzie Wirawan. Bukan hanya di campakan kekasihnya saja tapi ia juga tidak diharapkan dike...