Part 7

25.5K 1.3K 34
                                    

Acara pernikahan begitu mewah yang di adakan di rumah Rendy Putra Karta Wijaya banyak wartawan serta kolega yang datang bukan hanya itu banyak aktris aktor serta model yang datang di acara pernikahan Kenzo dan Lorenza.

Dan disini yang tidak menikmati kebahagiaan adik serta mantan kekasihnya hanyalah Kenzie tapi ia tak tunjukkan kesedihannya seperti biasa ia hanya bisa menebarkan senyumannya bukan kesedihannya yang ia tampakkan meski hatinya berdarah sekalipun.

Hanya memakai baju biasa Kenzie di tugaskan untuk membantu orang-orang yang sibuk dengan acara adiknya karena hanya dirinya yang tidak di perbolehkan ikut merasakan kebahagiaan mereka jadi di sinilah Kenzie seperti pelayan yang bertugas mengantar minuman.

Kenzo sudah mengucapkan ijab kabulnya dengan lantang habis dhuhur tadi. Dan Kenzie harus tersenyum dan mengamini apa yang di saksikannya. Sampai sekarang pun tidak ada kata putus dari mulut Kenzo maupun Kenzie karena setelah malam itu Kenzo seperti menghindari Kenzie tak ada kesempatan untuk Kenzie bertanya ataupun mengakhiri hubungannya.

Kenzie hanya bisa menguatkan hatinya agar air mata sialannya tidak luruh di acara pernikahan adik serta kekasihnya.

Kenzie melihat senyum bahagia dari pasangan yang sangat serasi itu. Ia sangat iri tapi Kenzie menyadari kalau dirinya hanyalah upik abu yang tak pantas berharap bersanding dengan Kenzo yang seperti langit dan bumi terlalu tinggi untuk Kenzie gapai.

"Huft,,, Berbahagialah, aku hanya bisa mendo'akan mu dalam hati. Dan mulai hari ini kita hanyalah sebatas ipar!" Gumamnya dalam hati menatap pengantin baru yang sedang menyalami tamunya. Kenzie hanya menatapnya dari kejauhan ia tidak mau orang tuanya merasa terusik akan kehadiran di tengah kebahagiaan mereka.

Lamunan Kenzie pun di kagetkan dengan tepukan di bahu lalu mengelus punggungnya. Kenzie pun melihat pemilik tangan yang sudah berani mengagetkan dirinya.

"Sabar yah, ikhlaskan untuk kebahagiaan mereka!" Itu suara Evan ayah Kenzo.

"Eh pak,," Kenzie pun memaksa tersenyum menyembunyikan lukanya.

"Apa kau masih mencintainya?" Tanya Evan.

Kenzie hanya bisa menggeleng dengan senyumannya. Ia hanya berharap bisa menjalani hari-harinya seperti biasa meski keadaan sudah merubahnya.

"Syukurlah saya harap kau tidak menjadi penghalang untuk keharmonisan pernikahan anak saya nanti!"Evan mengucapkannya dengan lembut seulas senyuman ia pamerkan tapi tidak dengan maksud dari kata-katanya yang terlalu pedas seperti peringatan buat Kenzie.

Kenzi mengangguk masih dengan senyumannya.
"Jangan khawatir pak, saya tidak seburuk yang bapak pikirkan mulai hari ini detik ini saya tidak ada hubungan apapun dengan anak bapak. Saya dan Kenzo hanya sebatas ipar dan saya tidak akan mengusik kehidupan adik saya karena saya menyayangi Lorenza. Permisi,," Ucap Kenzie dengan tegas tapi tidak untuk hatinya. Kenzie berusaha untuk menahan air matanya ia mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Ucapan ayah Kenzo sungguh menyakiti hatinya.
Kenzie melangkahkan kakinya dengan terburu-buru ia membutuhkan tempat sembunyi untuk menumpahkan air matanya yang ia tahan sedari tadi.

Tapi sayangnya baru beberapa langkah ia menabrak seseorang entah siapa Kenzie tak melihat orang itu ia hanya menunduk meminta maaf lalu melanjutkan langkahnya.

Orang yang di tabrak Kenzie merasa heran tapi ia tak acuh dan melanjutkan niatnya memberikan selamat untuk rivalnya.

Kenzie menyendiri di kamar mandi belakang rumah yang sangat jarang di pakai orang. Air matanya luruh begitu deras membanjiri pipi ia sudah tak mampu untuk menahan rasa sakitnya dan untuk kesekian kalinya ia merasa terpuruk tanpa ada orang yang mau memberikannya sandaran.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang