Sudah 2minggu berlalu dari kabar duka Lorenza dan Dina sudah pulang beberapa hari yang lalu namun belum mengetahui jika putri kesayangannya telah tiada, Kenzie sengaja merahasiakan dari ibunya. Belum waktunya untuk Dina mengetahui kabar buruk itu pikir Kenzie.
"Pagi ibu." Sapa Kenzie dengan wajah semringah. Rasanya ini seperti mimpi Kenzie bisa sedekat ini dengan sang ibu.
"Pa_pagi,,," Jawab Dina yang merasa canggung dengan putrinya sendiri sampai untuk mengeluarkan suara saja terasa berat.
Senyum Kenzie mengembang menatap ibunya. Rindu yang ia simpan bertahun-tahun telah terobati dengan kehadiran Dina.
"Boleh ibu bantu?" Tanyanya dengan suara pelan.
Kenzie menggeleng lalu menuntun Dina ke arah meja makan dan di dudukannya di kursi.
"Ibu duduk yah, aku gak mau ibu kecapean." Ucap Kenzie lembut bibirnya tak henti-hentinya tersenyum.
Dina hanya mengangguk pasrah, ya ia juga sadar diri dari dulu ia tak pernah mengerjakan pekerjaan rumah apa lagi masak yang ada hanya mengacaukan kegiatan putrinya.
Kenzie kembali melanjutkan masaknya dengan hati riang. Ia belum pernah merasakan kebahagiaan seperti ini melihat sang ibu sepuasnya.
Beberapa menit kemudian masakan sudah selesai Kenzie menata semua masakannya di meja makan sesekali mata Kenzie melirik ke arah Dina yang terlihat merenung entahlah kenapa Kenzie tak suka melihat wajah sendu ibunya.
"Bu, ibu,," Panggil Kenzie tangannya mengelus punggung Dina.
"I_iya,,"
"Jangan melamun masih pagi bu. Tunggu sebentar aku mau panggil anak-anak dulu." Setelah itu Kenzie pergi ke kamar anak-anaknya.
Kenzie melewati kamarnya dan saat itu juga tangannya di tarik dengan sangat kasar sampai menubruk dada bidang siapa lagi jika bukan Rasya.
Rasya menarik tangan Kenzie masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu.
"A_ada apa kak?" Tanyanya, Kenzie mendongak melihat raut wajah Rasya yang mengeras menatap dirinya dengan tajam.
Rasya mendorong Kenzie ke arah ranjang lalu menindihnya matanya masih menatap Kenzie dengan tajam.
"A_apa yang kakak lakukan." Kenzie merasa takut dengan tingkah Rasya yang hanya diam dengan mata tajam dan rahang mengeras.
"Aku hanya minta hak ku Zie, kamu melupakan jika disini ada suamimu yang butuh perhatian aku tidak suka kamu mengabaikanku, tidur dengan ibumu beberapa hari ini, bahkan kamu tidak memikirkan perasaanku hah." Ucap Rasya pelan namun tajam.
Kenzie baru menyadari kesalahannya di belainya wajah Rasya yang mengeras.
"Maaf,, maafkan aku kak, aku rindu dengan ibu, aku tak pernah sedekat ini dengannya. Maaf sudah mengabaikan kakak."
Rasya bangun dan mendudukan dirinya di sisi ranjang tangannya menjambak rambutnya yang sudah di sisir rapi tadi lalu bangkit menuju kamar mandi untuk meredam emosinya.
Kenzie hanya menatap punggung Rasya dengan mata sendu, ia merasa sangat bersalah pada Rasya karena semenjak kepulangan ibunya waktu Kenzie hanya untuk Dina dan anak-anaknya.
Kenzie merapikan pakaiannya lalu berjalan ke kamar anak-anaknya.
"Mom,,," Suara kecil itu yang sering kali membuat Kenzie merasa kasihan.
"Udah bangun ya, ayo mandi dulu nanti sarapan."
Arion merentangkan tangannya minta di gendong dan Kenzie menyambutnya seraya tersenyum manis pada Arion.
Bocah kecil ini tak pernah menanyakan ibunya. Entahlah Kenzie merasa heran dengan bocah kecil yang ada di gendongannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tertinggal
General FictionSudah di campakan saat lagi sayang-sayangnya dan sang kekasih menikahi adik kandungmu sendiri. Bagaimana perasaannya???? Double kesialan. Itu yang dirasakan Kenzie Wirawan. Bukan hanya di campakan kekasihnya saja tapi ia juga tidak diharapkan dike...