Part 25

23.8K 1.1K 70
                                    

Dia kembali tapi tidak untuk memperbaiki atau mengakhiri

----

Alvaro sedari tadi gelisah setelah mendapat kabar jika Kenzie tidak datang bekerja. Ia tak bisa fokus pada pekerjaan pikirannya melayang hatinya tiba-tiba khawatir akan keadaan Kenzie. Rencana untuk memberitahu tentang rahasia ayahnya juga gagal.

Jam makan siang pun telah tiba ia segera pergi ke kontrakan Kenzie sesampainya di kontrakan Kenzie yang terasa sepi Alvaro pun menanyakan kepada pemilik kontrakan yang tidak lain adalah istri pegawainya di kantor.

"Selamat siang bu,,"

"Iya siang, eh pak Alvaro mari pak masuk." Ajaknya.

"Terimakasih bu, saya cuma mau tanya apa ibu lihat Kenzie?" Tanya Alvaro tanpa basa basi.

Ibu itu tampak berpikir lalu mengingat sesuatu jika semalam ada mobil yang terparkir di depan rumahnya yang ia tahu itu mobil milik kakaknya Kenzie.

"Oh iya pak semalam kakaknya mbak Kenzie datang mungkin mbak Kenzie juga ikut soalnya sedari pagi kontrakannya sepi."

Alvaro mengangguk mengerti pikirannya tertuju pada dokter Rasya, siapa lagi pria yang dekat dengan Kenzie sekarang ini jika bukan dokter itu.

"Ya sudah kalau begitu terimakasih bu saya mau pulang dulu."

"Sama-sama pak."

Hati Alvaro masih di liputi rasa gelisah sekligus khawatir. Jika ia ke rumah dokter Rasya rasanya tak mungkin, Alvaro pun melajukan mobilnya kembali ke kantor. Biarlah nanti ia akan kesini lagi siapa tahu Kenzie pulang pikirnya.

*

"Kak aku pulang yah tidak enak kalau disini terus, Ersya juga sudah baikkan kayaknya." Sedari makan malam tadi Rasya hanya diam tak menanggapi ucapan Kenzie. Entahlah Rasya begitu berat membiarkan Kenzie kembali ke kontrakan setelah kejadian tadi sore ia merasa khawatir jika Kenzie tinggal sendirian. Bagaimana jika pria bajingan itu kembali mencari Kenzie dan mencelakalan anaknya. Sungguh ia tidak rela jika Kenzie terluka ataupun di sakiti pria bajingan itu.

"Kak,," Panggil Kenzie untuk kesekian kalinya.

"Hmmm,,," Mata Rasya masih asik fokus ke layar tv tapi tidak untuk hati serta pikirannya.

"Kalau kakak gak mau antar biar aku pulang sendiri." Ucap Kenzie sedikit kesal karena Rasya mendiaminya. Kenzie sudah menidurkan Ersya yang nampak rewel, mungkin bocah kecil itu tahu jika Kenzie akan pulang. Setelah menidurkan Ersya, Kenzie menghampiri Rasya tapi pria itu hanya diam tak menanggapi ucapan Kenzie.

Kenzie beranjak dari duduknya hendak melangkah tapi cekalan di tangannya membuat Kenzie menengok kearah Rasya.

"Biar aku antar!"

Lalu beranjak menggandeng Kenzie ke arah mobilnya, selama di perjalanan tak ada percakapan sama sekali. Sesampainya di pelataran rumah milik kontrakan, Kenzie keluar di bantu Rasya sebelum masuk ke dalam tangan Kenzie di cekal Rasya.

"Maaf waktu aku mengaku suamimu tapi jika kamu bersedia aku mau jadi suamimu beneran." Ucap Rasya dengan serius.

"Kak,,"

"Pikirkan lagi Zie anakmu akan butuh sosok ayah, juga Ersya butuh sosok ibu sepertimu. Aku akan menunggu sampai kamu siap, aku tidak peduli dengan masa lalu kamu, aku tak peduli dengan ayah janin yang kamu kandung, aku hanya ingin melindungimu dan anakmu dalam ikatan yang halal."

Kenzie menunduk tidak menyangka jika Rasya akan menyatakan perasaannya, apa ia pantas mendapatkan pria seperti Rasya? Kenzie sangat kotor, hidupnya sudah hancur, apa ia masih berhak hidup bahagia dengan lelaki sesempurna Rasya. Batin Kenzie bertanya-tanya di satu sisi ia ingin sekali berkata "Ya aku ingin kau menuntunku dan mengarahkanku ke jalan terang" tapi di satu sisi ia kasihan terhadap Rasya karena Rasya berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dari pada dirinya.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang