Part 21

24K 1.2K 14
                                    


Tak terasa hari demi hari telah di lewati Kenzie sekarang ia sudah bekerja menjadi OG di perusahaan yang baru merintis berkat bantuan yang punya kontrakan Kenzie bisa bekerja disitu dengan mudahnya yang katanya sedang membutuhkan OG di tempat kerjanya jadi ia langsung bisa masuk tanpa persyaratan. Sungguh ia sangat beruntung mungkin ini rezeki anaknya.

"Nanti jangan rewel ya nak selama aku kerja!" Monolognya seraya mengelus perut yang sudah menonjol. Entah ia akan bertahan berapa lama lagi karena bertambahnya hari perut besarnya tidak bisa ia sembunyikan dan ia harus siap menanggung semua itu.

Kenzie keluar lalu mengunci kontrakannya seperti biasa ia berjalan kaki sampai ada angkot yang lewat karena jika hanya menunggu akan sangat lama, sudah 3bulan Kenzie bekerja entah apa yang terjadi tapi seakan-akan Kenzie di istimewakan di tempat kerjanya tapi ia tak ambil pusing ia hanya melakukan tugasnya meski selalu saja ada OG atau OB lain yang merebut pekerjaan yang sedang dikerjakan.

Lumayan jauh Kenzie berjalan namun belum ada satu pun kendaraan umum yang lewat, ia mulai kelelahan terlihat dari wajahnya yang semakin pucat. Kenzie berhenti sejenak mengusap keningnya yang mulai berkeringat kepalanya menengok kanan kiri berharap ada angkot lewat.

"Huft,,, apa kamu masih kuat nak? Maaf sudah mengajakmu berjalan jauh anggap saja kita sedang olahraga." Gumamnya, seulas senyum ia tampakan.

Tanpa Kenzie ketahui ada seorang pria mengikutinya sedari keluar kontrakan. Pria itu adalah Alvaro yang selalu mengawasi Kenzie terlihat dari wajahnya yang nampak khawatir dan tak tega melihat wanita lemah seperti Kenzie berjalan kaki sampai sejauh ini tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa belum saatnya ia menampakan diri di hadapan Kenzie.

Suara handphone pun berbunyi nyaring mengagetkan pemiliknya.
Seperti biasa orang diseberang berkata tanpa basa basi terlebih dahulu.

"Kamu lagi dimana jagoan?" Tanyanya.

"Aku lagi mengikutinya dad,,"

"Share lokasinya nanti daddy kesitu."

Sambungan telpon pun terputus Alvaro hanya mendengus kesal karena merasa di abaikan. Lalu tangannya mulai mengeshare lokasi. Gak butuh waktu lama mobil ayahnya terlihat di depan berhenti di hadapan Kenzie yang sekarang masih diam berdiri di sisi jalan.

Alvaro tersenyum melihat ayahnya yang berusaha mengajak Kenzie. Ia akui jika ayahnya adalah pahlawan. Ayahnya rela berkorban untuk orang-orang yang di kasihinya termasuk dirinya sampai sekarang pun ayahnya lebih memilih hidup sendiri tanpa ada ikatan pernikahan karena cintanya hanya untuk wanita di masa lalunya meski tak bisa dimiliki tapi ayahnya masih setia dengan cintanya.

Alvaro mengambil sesuatu dari tas kerjanya surat yang beberapa bulan yang lalu di dapatnya Alvaro pun mulai membuka kemudian membaca tulisan yang begitu indah menurutnya serta sebuah cincin. Cincin tunangannya telah kembali ketangannya Alvaro tersenyum memandang cincin yang pernah tersemat di jari manis Kenzie.

Assalamualaikum wr, wb.

Sebelumnya aku ingin mengucapkan maaf beribu-ribu kali maaf, maafkan aku yang tak bisa bersanding dengan mu. Aku sadar aku tak pantas untukmu seharusnya dari awal aku menolak lamaranmu tapi mulut ini tak tega mengecewakan mu dan kedua orangtuaku tapi ujung-ujungnya aku mengecewakan mu juga.

Jangan benci keluargaku, cukup benci saja aku karena memang ini salah ku.
Ada sesuatu hal yang tak bisa ku ceritakan.
Sekali lagi maaf atas semua kesalahanku yang sudah merugikan waktu dan semua yang sudah kamu berikan untukku.
Semoga kamu mendapatkan istri yang sholehah seperti yang kamu mau.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang