Part 32

22.9K 1.1K 63
                                    

Keesokan harinya Kenzie terbangun dengan sambutan hangat dari Rasya, Kenzie hanya membalasnya dengan senyuman. Ia berharap ini awal kebahagiaannya Kenzie akan melupakan kesedihan di masa lalu ia akan mencoba mempercayai pria yang selalu ada untuknya ini dan menggantungkan hidupnya pada Rasya.

Setelah menyuapi Kenzie, Rasya keluar untuk membicarakan sesuatu pada Adrian mereka pun meninggalkan Kenzie sendirian. Kenzie kembali termenung menatap langit yang begitu cerah seperti hatinya.

Braaaaak

Suara pintu tertutup mengagetkan Kenzie dari lamunannya.

"Ka_kamu?"

Plak

"Berani-beraninya lo melahirkan anak Kenzo. Kenapa lo gak gugurin hah?"

Kenzie hanya diam sudut bibirnya sobek karena tamparan keras yang di layangkan padanya. Adik tersayangnya telah mengetahui keberadaannya.

"Sumpah gue akan bunuh bayi lo."

Wajah Kenzie langsung menegang ia tak menyangka jika harus mengalaminya lagi.

"Jangan dia tidak bersalah."

"Lo sengaja melahirkan bayi sialan itu  untuk menjerat Kenzo hah?"

"Tidak, a_aku a_akan pergi dari kehidupan kalian!" Ucapnya tergagap karena rasa takut yang sangat.

"Apa gue akan percaya dengan omong kosong lo hah?"

"Kamu harus percaya dek, sungguh aku tak ada niatan un______ awww,,," Ucapan Kenzie terhenti karena jambakan Lorenza.

"Bullshit,,," Dengan amarah yang menggebu Lorenza membenturkan kening Kenzie ke arah tembok dengan sangat keras sampai berdentum.

"Awwssshhhhh,,,,,," Kenzie hanya merintih pelan merasakan sakit di kepalanya lalu kembali memfokuskan pandangannya menatap Lorenza yang sedang tersenyum meremehkan.

"Jika lo gak mau anak sialan itu mati biar gue bunuh lo saja bagaimana?" Tanyanya dengan mata tajam.

"Lakukanlah jika itu membuatmu bahagia." Ya Kenzie pasrah dari dulu Kenzie berharap mati agar tak ada lagi kesakitan yang ia rasakan di dunia.

"Baiklah,," Lorenza kembali menjambak rambut Kenzie sampai jatuh tersungkur ke lantai lalu tangannya mengambil gunting dan dengan tega tanpa ada rasa kasihan sedikitpun Lorenza menggunting rambut panjang Kenzie dengan brutal.

Kenzie hanya diam menunduk ia belum sembuh betul tenaganya masih lemah untuk berdiri saja ia tak mampu. Tak ada air mata atau rintihan meski perutnya terasa sangat nyeri. Kenzie kembali seperti beberapa bulan terakhir.

Suara pintu ruang inap itu terbuka kasar Lorenza tak memperdulikan orang yang masuk menyaksikan dirinya.

"HENTIKAN,," Suara teriakan seseorang menghentikan pergerakan tangan Lorenza.

Plak

Suara tamparan sangat keras sampai telinga Lorenza berdengung. Ia tak menyangka wanita di hadapannya ini menamparnya dan baru kali ini Lorenza melihatnya begitu murka.

"Ibuuu,,," Lorenza sontak kaget tidak percaya dengan tangan halus ibunya yang mendarat sempurna di pipi kirinya yang membekas telapak tangan sang ibu.

Dina mengabaikan tatapan tak percaya dari Lorenza lalu ia terduduk lemas tangannya terulur mengangkat wajah Kenzie yang menunduk dengan rambut yang berantakan dan tak beraturan, sudut bibirnya mengeluarkan darah serta keningnya yang nampak memar.

Tatapan mereka beradu tak di sangka Dina melihat anak sulungnya tersenyum tapi bukan senyuman manis yang sering Dina lihat Kenzie menyeringai dengan tatapan tajam. Dina melihatnya seperti bukan Kenzie anaknya.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang