Part 36

18.2K 926 7
                                    

Tak terasa sebulan sudah Kenzo di Jerman tapi sampai sekarang belum ada perubahan di perusahaannya benar-benar membuat Kenzo melupakan putranya Arion. Ya Kenzo hanya sekali menghubunginya waktu baru sampai 2hari disini dan sekarang sudah berhari-hari Kenzo melupakan orang-orang di rumah meski hanya sekedar tanya kabar.

Kenzo belum menyadari jika ikatan darah itu seperti magnet yang saling tarik menarik dan itu tidak berlaku kepada Arion buktinya Kenzo bisa hidup tanpa bayang putranya meski ia memaksakan untuk berkata Arion adalah separuh jiwanya.

Hari menjelang sore Kenzo seharian hanya dirumah mengerjakan pekerjaan yang entah sampai kapan akan kelar meski hari libur tapi ia tetap sibuk dengan berkas-berkas yang berhasil menyita waktu.

Kenzo keluar berniat untuk menyegarkan otaknya dan sedikit mengalihkan pikirannya. Ia berjalan menyusuri jalanan yang banyak orang berlalu lalang dan sampailah Kenzo di taman lumayan jauh dari rumah kakeknya.

Kenzo duduk di kursi taman memandang bocah kecil yang sedang bermain. Kadang Kenzo tertawa kecil kadang juga tersenyum ia menikmati pemandangan di depan tanpa beban.

Brukkk.......

Kenzo menoleh kearah dimana bocah kecil terjatuh tersungkur mungkin tadi berlarian sampai tidak memperhatikan jalan. Kenzo berdiri menghampiri bocah laki-laki itu dan membantu membangunkannya.

"Hy anak manis ayo om bantu" Ucap Kenzo tangannya terulur membantu dan membersihkan baju bocah kecil itu.

Tampak ada luka di lututnya tapi yang membuat Kenzo kagum anak itu hanya diam tak ada tangisan atau rengekan yang keluar.

"Terimakasih om." Bocah kecil itu mendongak dan seketika wajah Kenzo tampak pias.

Getaran di dalam hati makin kencang serta detak jantung kian memacu.
"Ada apa ini?" Batinnya, Kenzo meremas dadanya begitu kuat.

Rasa sesak, sakit, sesal bercampur jadi satu di dalam hati, bocah kecil itu yang selalu datang di mimpinya dan sekarang lihatlah dia nyata ada di hadapannya menatapnya dengan mata yang sangat familiar.

Kenzo menyelisik dari atas sampai bawah tubuh bocah kecil itu dengan raut tak terbaca sampai suara lain memecahkan keheningan.

"Ade ayo pulang kita terlalu lama disini nanti mommy nyariin kita." Ucap bocah lelaki sekitar umur 9tahunan yang Kenzo perkirakan lalu menggandeng bocah kecil itu pergi meninggalkan Kenzo dalam diam mematung memperhatikan kepergian dua bocah itu.

Seakan kejadian tadi menyerot seluruh kesadaran Kenzo, ia berjalan lunglai kearah rumah kakeknya otak pintarnya masih menerka-nerka sosok bocah kecil itu. Tangannya kembali meremas dadanya yang terasa sakit.

"Ada apa dengan diriku kenapa terasa menyakitkan." Lirihnya lalu Kenzo memukul-mukul dadanya.

*
"Ade mandi sama abang yah mommy mau siapkan makan malam dulu, abang nanti jangan biarkan ade mainan air oke jagoan." Ucap Kenzie sebelum pergi ke dapur ia mengecup kening kedua putranya.

Ersya langsung mengajak adiknya untuk mandi begitu menggosok tubuh adiknya Ersya mengernyitkan kening.

"Ade jatuh?" Tanyanya yang di jawab anggukan dari Keanu.

"Pasti sakit!" Ersya menatap Keanu dengan meminta penjelasan.

"Tidak sakit ko, aku jatuh terus di tolongin sama om baik hati." Ucapnya antusias Ersya hanya mengangguk.

"Makanya kalau abang bilang jangan lari ya jangan ade sih susah di bilangin." Ersya melanjutkan menggosok tubuh Keanu dengan sayang.

"Iya maaf Keanu gak lagi-lagi tapi abang harus janji ya gak boleh kasih tahu mommy papih." Keanu mengulurkan jari kelingking ke hadapan abangnya.
Ersya menyambut uluran itu lalu mereka sama-sama tertawa.

Setelah mandi dan mengobati luka Keanu, Ersya mengajak adiknya ke bawah.

"Waaah jagoan-jagoan papih udah wangi. Ade mandi sendiri?" Tanya Rasya kepada putra bungsunya.

"Ade gak mungkin mandi sendiri pih yang ada entar mainan di kamar mandi." Ucap Ersya melirik ke arah Keanu dengan cengiran.

"Jadi abang yang mandiin ade?" Tanyanya lagi yang langsung di angguki Ersya.

Rasya tersenyum lalu mengusap kepala Ersya.
"Anak papih harus sayang sama ade yah, papih bangga sama Esya." Rasya melirik ke arah Keanu lalu tersenyum.

Yang di tatap hanya tersenyum malu lalu merentangkan tangannya kearah Rasya minta di gendong.

"Gendongnya nanti yah papih belum mandi entar ade bau lagi." Rasya membungkuk mencium kepala Keanu lalu pergi ke kamar.

Kenzie hanya diam melihat keluarga kecilnya. Ia begitu bersyukur mengenal Rasya dan mempunyai anak-anak yang pintar. Kenzie menghampiri Keanu melihat ada plester di lututnya.

"Ade jatuh?" Tanya Kenzie berjongkok di hadapan sang putra.

"Dia nakal mom aku bilang jangan lari tapi ade gak mau denger jadi jatuh deh." Tutur Ersya melihat kearah Keanu.

"Sakit?" Tanyanya lagi yang di balas gelengan dari Keanu.

"Abang udah obatin Keanu, ini gak sakit mom." Ujarnya dengan cengiran.

"Makanya yang nurut sama abang hmm mom gak mau ade jatuh lagi." Ucap Kenzie seraya megelus kepala Keanu.

"Ayo kita tunggu papih di meja makan." Kenzie menggiring putra-putranya kearah meja makan.

================================

Typo

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang